Hal yang Diketahui soal Perkembangan Mobil Listrik di RI

2 September 2019 10:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas mengisi daya mobil taksi listrik Bluebird (e-Taxi) di Kantor Pusat Bluebird Group, Mampang Prapatan,  Jakarta, Senin (22/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas mengisi daya mobil taksi listrik Bluebird (e-Taxi) di Kantor Pusat Bluebird Group, Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (22/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Usai Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai diterbitkan, pemerintah langsung bergerak mensosialisasikan penggunaan sepeda motor dan mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Salah satunya memberikan diskon 30 persen untuk mengisi daya sepeda hingga mobil listrik di rumah. Diskon diberikan khusus bagi pelanggan yang men-charge kendaraan listrik, baik mobil listrik maupun motor listrik, mulai pukul 22.00 WIB hingga 04.00 WIB. Saat ini, PLN mematok tarif isi daya kendaraan listrik sebesar Rp 1.640 per kWh.
Lalu bagaimana perkembangan terbaru mengenai kendaran listrik di Indonesia?
Penjualan Mobil Listrik Dunia dan Indonesia
Hingga saat ini, belum ada data pasti mengenai jumlah mobil listrik di Indonesia, termasuk mobil yang dirakit dan dibeli masyarakat dari luar negeri. Adapun pembuatannya sendiri sudah dimulai sejak era Dahlan Iskan masih menjadi Menteri BUMN di era pemerintah Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Sayangnya, pengembangan ini tak berjalan mulus karena tersangkut kasus.
ADVERTISEMENT
Secara global, berdasarkan data Global EV Outlook 2019 dari International Energy Agency (IEA), sebanyak 1,97 juta unit mobil listrik terjual di seluruh dunia sepanjang 2018. Penjualan ini meningkat 68 persen dibandingkan tahun 2017.
Mobil listrik di sini masuk ke dalam kategori Battery Electric Cars (BEVs) dan Plug-in Hybrid Electric Cars (PHEVs). Di mana 68 persen penjualan disumbang mobil listrik jenis BEV atau mobil listrik yang memakai baterai.
Salah satu stan mobil listrik di pameran kendaraan listrik di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Untuk peta negara pengguna, penjualan mobil listrik terbesar datang dari China, di mana penjualan di Negeri Tirai Bambu mencapai 1,1 juta unit atau setara 55 persen dari total penjualan mobil listrik sepanjang dunia di 2018.
Di peringkat kedua dan ketiga adalah Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan masing-masing penjualan secara berurutan sebanyak 385.000 unit dan 361.000 unit. Penjualan mobil listrik di Eropa naik 31 persen dan AS meningkat 82 persen sepanjang 2018. Untuk Asia Tenggara, hanya Thailand yang dihitung yakni penjualannya sebesar 200 unit. Indonesia belum masuk ke dalam daftar perhitungan.
ADVERTISEMENT
Berapa Jumlah Charger Mobil Listrik di Indonesia?
Vice President Public Relation PT PLN, Dwi Suryo Abdullah mengatakan, untuk mendukung pengembangan mobil listrik, tahap pertama perusahaan akan membangun 4 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di tiga tempat berbeda.
Pertama bakal dibangun dua di Jakarta yakni di Kantor Pusat PLN di Trunojoyo, Jakarta Selatan dan Kantor PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya. Kedua, dibangun di bekas Kantor ULP Bandung Utara, Bandung. Ketiga di Kantor UP3 Bali Selatan di Denpasar, Bali.
"Jadi ini yang dalam waktu dekat dibangun sebagai showcase dulu di 4 lokasi," kata dia saat dihubungi kumparan, Minggu (1/9).
Setelah empat SPKLU sebagai showcase itu terbangun, akan ada SPKLU lainnya berdasarkan permintaan dan kebutuhan. Perusahaan juga bakal membuka peluang bagi swasta untuk ikut membangun SPKLU di tempat lain.
Petugas Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan tentang SPLU yang ada di Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (9/1). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Selain SPKLU yang bakal dibangun, PLN sudah lebih dulu mendirikan banyak SPLU untuk kendaraan listrik tapi jenis slow charging, bukan fast charging seperti yang dibutuhkan Tesla dan BYD, dua jenis mobil listrik yang sudah masuk Indonesia. Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman pernah mengatakan hingga akhir 2018, jumlah SPLU yang sudah ada mencapai 1.000 unit untuk sepeda motor listrik.
ADVERTISEMENT
Untuk mempermudah pengguna mobil listrik, Menteri ESDM Ignasius Jonan berencana mewajibkan fasilitas umum dan fasilitas sosial memasang Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) di tempat parkir. Tujuannya agar pengguna kendaraan listrik tak kesulitan mencari tempat pengisian baterai.
"Kalau dari kami, ini (rancangan) Perpres-nya sudah selesai. Jadi tolong tanya di Pak Seskab, atau Mensesneg, sampai di mana Perpres-nya. Kalau Perpres ini diteken, saya akan buat Peraturan Menteri yang mewajibkan adanya SPLU di semua fasilitas umum dan fasilitas sosial," kata Jonan saat berbincang dengan kumparan, Selasa (14/8).
Mobil Listrik Bakrie hingga Kemenhub Tidak Lolos Sertifikasi
Sebelum Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan ini terbit, beberapa perusahaan sejak jauh-jauh hari sudah mengajukan Sertifikat Uji Tipe (SUT) kendaraan listrik ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
ADVERTISEMENT
Uji tipe wajib dilakukan untuk mobil listrik impor yang akan beroperasi di jalanan Indonesia atau prototype mobil listrik sebelum memasuki fase produksi massal.
Berdasarkan data yang diterima kumparan, ada 36 perusahaan dan perseorangan yang sudah mengajukan dalam kurun waktu 2010 hingga 2019.
"Benar (data tersebut), dari tahun 2010 hingga sekarang," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi saat dikonfirmasi kumparan, Minggu (1/9).
Dalam data itu, nama-nama besar tercatat mengajukan mulai dari PT Mercedes Benz Indonesia yang membawahi merek Mercedes Benz hingga PT Globalindo Permata yang memiliki lisensi Tesla. Perusahaan milik Aburizal Bakrie juga tercatat mengajukan SUT dengan nama PT Bakrie Autopart.
Mobil Listrik Selo. Foto: Dok. Pribadi Valdy
Perusahaan lokal juga banyak mengajukan seperti PT Berkah Para Aestro dengan merek GENDHIS dan PT Sarimas Ahmadi Pratama dengan merek AHMADI. Lalu ada juga PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang dimiliki oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, tidak semua tidak semua perusahaan atau perorangan yang mengajukan lulus SUT. Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Ditjen Perhubungan Darat Ahmad Yani mengatakan, dari 36 perusahaan yang mengajukan SUT, ada beberapa yang tidak lulus uji.
"Dari 36 yang uji, 25 lolos dan 11 gagal atau tidak lulus. Banyaknya di perorangan yang tidak lulus," kata Ahmad Yani saat dihubungi kumparan.
Berdasarkan data, ke-11 perusahaan yang tidak lulus SUT kebanyakan dari perusahaan lokal. Mereka adalah PT Berkah Para Maestro dengan merek GENDHIS tipe MPV (4X2) A/T untuk jenis mobil penumpang dan merek SELO dengan tipe Sedan Sport (4X2) A/T untuk mobil penumpang. GENDHIS dan SELO sendiri dikembangkan oleh Ricky Elson.
Lalu PT Sarimas Ahmadi Pratama dengan merek AHMADI tipe bus listrik (4X2) A/T untuk bus, dan tipe MPV listrik (4X2) A/T untuk mobil penumpang, dan City Car Electric untuk mobil penumpang. Kedua perusahaan dengan 5 jenis kendaraan ini mengajukan SUT pada 2013 dan tidak ada yang lulus satu pun.
ADVERTISEMENT
Tak hanya perusahaan lokal, sepeda motor, dan mobil listrik yang diujikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan dari Kemenhub pun tak lulus uji. Tercatat, mereka mengajukan pada 2015 untuk 3 merek yakni e-skutik A/T, e-Angling, dan e-Supermoto A/T. Ketiganya tak lulus uji dengan beberapa catatan, di antaranya tidak lulus rem uji pertama hingga penyimpangan arah lampu utama.
Perusahaan lain yang gagal SUT adalah PT Arrtu International dengan mereka mobil ARRTU dan jenis BADAK A/T untuk mobil barang roda 3. Perusahaan mengajukan SUT pada 2015 dan tidak lulus uji. Sementara jenis BATIK A/T milik perusahaan yang sama lulus uji SUT.
Terakhir, perusahaan yang tak lulus sertifikasi uji tipe adalah PT Bakrie Autopart. Perusahaan ini mengajukan dua jenis kendaraan untuk uji sertifikasi yakni BYD, kendaraan buatan China dengan jenis kendaraan BYD K9 BUS A/T yang diajukan pada 2019 dan tak lulus uji. Bakrie Autopart dan BYD bekerjasama mengembangkan bus listrik untuk memenuhi pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Sisanya, sebanyak 25 perusahaan lulus SUT di antaranya PT Krama Yudha Berlian Motors untuk merek Mitsubishi, PT Mercedes Benz Indonesia dengan merek mobil listrik Smart Fortwo, PT Ludin Industry Invest dengan merek ZBEE, PT Great Asia Link dengan merek ELVI, PT Globalindo Permata dengan merek Tesla, dan PT Triangle Motorindo dengan merek VIAR.
Lalu ada PT Silver Bird dengan merek Tesla, PT Blue Bird Tbk dengan merek BYD, PT Juara Bike dengan merek SELS, PT Magnum Teknologi Indonesia dengan mereka MAGNUM, hingga PT Mobil Anak Bangsa dengan merek MAB. MAB sendiri merupakan produsen bus listrik milik Kepala Staf Presiden, Moeldoko.
Dari 25 perusahaan yang lulus uji tipe, kebanyakan berasal dari PT Globalindo Permata dengan tipe Tesla berbagai jenis sebanyak 8 kali, mulai dari tahun 2016 hingga 2019.
ADVERTISEMENT
Penjualan Sepeda dan Motor Listrik di Jakarta Masih Rendah
Pemerintah mulai menggencarkan kampanye menggunakan kendaraan listrik setelah terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Sepeda Listrik hingga Mobil Listrik pada 12 Agustus 2019. Namun, sosialisasi tersebut belum diikuti dengan banyaknya pembelian dan penggunaan kendaraan listrik di pasaran.
Kendaraan listrik di Selis, Kelapa Gading. Foto: Moh Fajri/kumparan
Seperti yang terlihat toko kendaraan listrik di Selis, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Marketing Selis, Rudi mengatakan, penjualan sepeda listrik di tempatnya masih belum maksimal. Dalam sehari, penjualan di tokonya hanya 1 unit.
“Untuk penjualan sih Alhamdulillah kita enggak bisa bohongin atau gimana kalau penjualan itu naik turun. Kalau sekarang lagi stabil-stabilnya. Tergantung, bervariasi, kadang 1-2 (per hari),” kata Rudi saat ditemui di lokasi, Minggu (1/9).
Meski begitu, Rudi memastikan selalu ada masyarakat yang membeli kendaraan listrik. Saat ini, sepeda listrik merek Selis dijual paling murah di harga Rp 3,7 juta. Sedangkan yang paling mahal mencapai Rp 28 juta per unit.
ADVERTISEMENT
Untuk legal kendaraan, Rudi menuturkan kalau pihaknya sudah bisa mengurus terkait STNK sampai BPKB sepeda motor listrik.
Sejauh ini, kata Rudi, pembeli sepeda motor listrik paling banyak adalah dari kalangan ibu-ibu. Selain itu, ada juga mahasiswa yang membeli sepeda motor listrik Selis yang diproduksi di Tangerang ini. Meskipun produk lokal, ada keunggulan yang bisa diandalkan daripada produk sepeda motor listrik impor.
Sekali Ngecas, Motor Listrik Bisa Tempuh Karak 50 Km
Tidak perlu membeli Bahan Bakar Minyak untuk menjalankan sepeda listrik. Sales Pusat Selis Kelapa Gading, Rudi, menjelaskan masyarakat hanya perlu mengisi daya listrik.
Rudi mengungkapkan sepeda listrik yang ada di Selis Kelapa Gading, Jakarta Utara bisa menempuh perjalanan nonstop hingga 50 km apabila baterainya terisi penuh.
ADVERTISEMENT
“Tergantung berapa volt. Kalau sepeda ini cepat, 3 jam penuh. Kalau yang sejenis aki tergantung barnya ada berapa kalau ada 5 bar. 2 jam pengecasan setiap bar. Kalau itu (motor) 50 kiloan (jarak tempuh kalau baterai penuh),” kata Rudi kepada kumparan di Toko Sepeda Listrik Selis, Kelapa Gading, Minggu (1/9).
Sementara untuk sepeda listrik paling rendah bisa menempuh jarak 5 km dengan pengisian baterai maksimal 3 jam. Rudi menyarankan agar baterai sepeda listrik jangan sampai kehabisan daya.
“Kalau bisa jangan sampai kosong total karena bisa berpengaruh ke baterai juga, jangan kelamaan ngecas juga enggak boleh,” ujar Rudi.
Ada 7 Tipe Kendaraan Listrik yang Beroperasi di Bandara Soetta
Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau Bandara Soetta di Tangerang telah mengoperasikan berbagai jenis kendaraan listrik, mulai dari bus, mobil hingga sepeda.
ADVERTISEMENT
Program kendaraan listrik ini juga mendukung Peraturan Presiden No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan yang diteken Jokowi pada 8 Agustus 2019.
Kendaraan Listrik di Bandara Soetta. Foto: Dok. PT Angkasa Pura II
Sejalan dengan itu, PT Angkasa Pura II (Persero) selaku operator Bandara Soetta juga mendukung pengembangan kendaraan bermotor listrik.
"Saat ini di Bandara Soetta sudah dioperasikan beberapa jenis kendaraan bermotor listrik untuk mendukung pelayanan kepada penumpang serta operasional bandara," kata Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/9).
"Kami berharap semangat pengembangan kendaraan listrik yang sudah tumbuh di Soekarno-Hatta dapat menyebar ke kawasan pelayanan publik lainnya," ujar Awal.
Di bandara terbesar di Indonesia itu sejumlah kendaraan listrik sudah beroperasi yaitu skytrain, taksi listrik, boogie car, bus listrik, skuter listrik, segway, dan baggage towing tractor.
ADVERTISEMENT