Harga Batu Bara Meroket, Ini Sederet Keuntungannya bagi Indonesia

16 September 2022 16:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja terlihat di tumpukan batu bara yang diangkut dengan tongkang di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (11/1). Foto: AKSARA M. RAHMAN/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja terlihat di tumpukan batu bara yang diangkut dengan tongkang di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (11/1). Foto: AKSARA M. RAHMAN/AFP
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memproyeksi harga batu bara masih akan tinggi tahun depan. Ini terutama lantaran konflik geopolitik di Rusia-Ukraina dinilai belum akan selesai dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters pada Jumat (16/9), harga batu bara ditutup naik tipis pada perdagangan Kamis. Bursa ICE Newcastle (Australia) mencatat harga batu bara kontrak September 2022 naik 0,29 persen menjadi USD 445.50 per ton dari USD 444.20 per ton.
Executive Director Energy Watch Mamit Setiawan menilai, kenaikan harga batu bara merupakan hukum bisnis perdagangan di mana permintaan (demand) yang tinggi tidak diimbangi dengan penawaran (supply) yang mencukupi. Namun, saat ini banyak negara sedang memasuki musim dingin otomatis kebutuhan batu bara ikut mengalami peningkatan, terutama sejak embargo yang dilakukan Uni Eropa terhadap gas Rusia.
"Uni Eropa mau tidak mau kembali menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka sebagai sumber energi," ujar Mamit kepada kumparan, Jumat (16/9).
ADVERTISEMENT
Menurut Mamit, hal tersebut yang membuat kebutuhan batu bara terus mengalami peningkatan. Tak hanya itu, China yang industrinya mulai bergeliat turut membutuhkan banyak batu bara.
Untuk Indonesia, kata dia, sebagai negara dengan ekspor batu bara yang sangat besar maka kenaikan ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi industri batu bara. Selain itu, Indonesia berpotensi mengalami peningkatan dari sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan juga pajak dari industri batu bara.
"Indonesia sebagai negara dengan ekspor batu bara yang sangat besar, maka kenaikan ini memberikan dampak yang signifikan bagi industri batu bara dalam negeri termasuk bagi negara, karena meningkatnya PNBP dan juga pajak yang dihasilkan industri batu bara," ungkapnya.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Mamit juga menyinggung soal multiplier effect yang dihasilkan juga cukup besar. Sebab, kebutuhan akan tenaga kerja mengalami peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil batu bara ikut mengalami peningkatan. "Belum lagi industri pendukung, seperti alat berat, transportasi semua mengalami peningkatan yang cukup signifikan," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, saat ini harga batu bara dan energi lainnya memang dalam kondisi yang sedang tinggi. Hal ini diakibatkan oleh proses pemulihan ekonomi dan aktivitas sosial pasca pandemi COVID-19.
"Ditambah kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan pasokan migas turun. Akibatnya permintaan batu bara sebagai pengganti semakin meningkat," pungkas Komaidi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bicara soal faktor yang bakal mengerek harga komoditas batu bara. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, pihaknya hanya dapat memotret harga yang bersumber dari bank dunia. Apabila dilihat secara detail, pergerakan harga komoditas batu bara sepenuhnya bergantung pada supply dan demand.
"Kita lihat secara detail barangkali negara-negara yang ini kan terkait supply atau demand," ujar Setianto dalam konferensi pers di Gedung BPS, Kamis (15/9).
ADVERTISEMENT
Dari sisi supply, kata dia, batu bara bakal dipengaruhi oleh adanya konflik antara Rusia dan Ukraina. Hal itu tentu saja yang menyebabkan harga batu bara meningkat. Sementara, demand terhadap batu bara akan tetap ada dari negara-negara yang memiliki musim dingin.
Direktur PT Adaro Energy Indonesia, Hendri Tamrin, melihat permintaan batu bara semakin membaik hingga akhir 2022. Ia mengatakan salah satu faktornya adalah ekonomi yang sudah mulai menunjukkan tren pemulihan setelah dilanda pandemi COVID-19.
"Tentunya juga sangat bergantung dengan kebijakan setiap negara dalam memenuhi kebutuhan energi dan kebutuhan bahan baku industri mereka," kata Hendri dalam public expose live 2022, Senin(12/9).
Hendri mengungkapkan permintaan batu bara dari Eropa akan meningkat akibat terbatasnya pasokan gas Eropa dari Rusia. Ia juga menganggap batu bara masih menjadi sumber daya energi yang paling murah dan paling rendah biayanya dibandingkan dengan gas dan energi lainnya. Sehingga permintaannya bakal tetap baik.
ADVERTISEMENT
"Selain itu juga adalah memasuki musim dingin ini juga menjadi perhatian utama banyak pemerintah di berbagai negara, dan ini tentunya akan meningkatkan permintaan batu bara khususnya mendekati musim dingin akhir tahun ini," tutur Hendri.