Harga Bawang Merah di RI Lebih Mahal dari Malaysia & Singapura, Ini Penyebabnya

27 Oktober 2021 10:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memanen bawang merah di lahan Kelurahan Nambangan Kidul, Kota Madiun, Jawa Timur, Senin (24/5/2021) Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanen bawang merah di lahan Kelurahan Nambangan Kidul, Kota Madiun, Jawa Timur, Senin (24/5/2021) Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga bawang merah Indonesia dilaporkan lebih mahal dari beberapa negara tetangga di ASEAN, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Beberapa penyebabnya adalah tingginya biaya logistik dan belum meratanya infrastruktur pelabuhan dan jalan.
ADVERTISEMENT
"Biaya logistik yang tinggi dan infrastruktur pelabuhan maupun jalan yang tidak merata menyebabkan bawang merah di Indonesia memiliki harga yang tinggi," kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Indra Setiawan.
Menurut Indra, kedua hal tersebut penting mengingat distribusi bawang merah belum merata di Indonesia. Lebih dari 70 persen luas lahan panen bawang merah berada di Jawa, khususnya Jawa Tengah. Sementara kebutuhannya merata di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data Indeks Bulanan Rumah Tangga (BuRT) dari CIPS, menunjukkan harga bawang merah di bulan September sebesar Rp 78.472 per kilogram di Indonesia.
Sementara di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura harganya sebesar Rp 27.140, Rp 50.465, Rp 64.727 dan Rp 61.240 pada periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Indeks BURT mengamati pengeluaran untuk bahan pangan pokok masyarakat Indonesia dibandingkan dengan pengeluaran serupa di Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Kurangnya infrastruktur cold storage atau lemari pendingin juga berkontribusi penyebab fluktuasi harga komoditas ini di dalam negeri. Pada bulan September misalnya, harga bawang merah turun menjadi Rp 78.472 dari Rp 79.389 di bulan sebelumnya.
Menurut Kementerian perdagangan (Kemendag), hanya ada satu fasilitas cold storage di setiap kabupaten, sehingga petani tidak dapat menyimpan bawang merah dengan baik. Hal ini berdampak pada kualitasnya.
Ilustrasi Bawang Merah. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Penyimpanan di gudang konvensional, menurut Indra, menyebabkan tingginya penyusutan karena bawang merah merupakan komoditas yang cepat rusak kalau tidak disimpan di dalam penyimpanan yang memadai. Berkurangnya pasokan kemudian menyebabkan kurang stabilnya harga bawang merah sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
"Kementerian Perdagangan sebelumnya menyebut pasokan bawang merah akan meningkat, mudah-mudahan ini akan menurunkan harga. Tetapi kita juga harus mewaspadai kebijakan non-tarif yang menyebabkan pasokan bawang merah dari negara lain menjadi lebih mahal untuk Indonesia," tambahnya.
Kementerian Perdagangan juga menyatakan bahwa penurunan harga mungkin akan terus berlanjut karena masuknya musim panen bawang merah.
"Indonesia memenuhi kebutuhan bawang merah melalui pasar domestik dan hal itu terlihat dari belum keluarnya izin impor sejak 2020," kata Indra.
Dengan tingkat produktivitas mencapai 99,26 kuintal per hektar, Indonesia menghasilkan 1.8 juta ton komoditas hortikultura ini di tahun 2020, atau 15 persen lebih tinggi dari produksi di tahun sebelumnya.
Selain perlunya pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan, peningkatan investasi cold storage di Indonesia tidak saja akan dapat menstabilkan harga, tetapi juga mempertahankan kualitas bawang merah.
ADVERTISEMENT