news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Harga BBM Segera Turun, Pengusaha Yakin Biaya Logistik Terpangkas

18 Maret 2020 21:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi peti kemas Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peti kemas Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam rapat terbatas yang digelar secara online hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menterinya mengkalkulasi rencana penurunan harga BBM. Jokowi menekankan harga BBM bakal turun seiring dengan merosotnya harga minyak dunia ke level USD 30 per barel.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Jokowi juga meminta realisasi penurunan harga BBM ini dilakukan pada waktu yang tepat. Sehingga, bisa memberikan manfaat untuk perekonomian di dalam negeri.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono, mendukung penyesuaian harga BBM ini. Ia yakin biaya logistik bisa lebih efisien dengan adanya penurunan harga BBM.
“Selama ini biaya logistik Indonesia tinggi, salah satu penyebab adalah tidak ada transparansi harga BBM. Akibatnya, biaya produksi meningkat dan harga barang menjadi lebih mahal,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/3).
Menurut Ketua Dewan Pembina Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) ini, sektor riil semestinya menikmati harga energi yang lebih murah seiring dengan merosotnya harga minyak dunia hingga di bawah USD 30 per barel.
ADVERTISEMENT
“Seharusnya harga BBM turun, baik yang subsidi maupun nonsubsidi. Dalam ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini akibat Covid-19, harga energi yang murah bisa menjadi stimulus bagi sektor riil supaya ekonomi bergerak,” katanya.
Dia juga mendesak pemerintah tidak memaksakan lagi penggunaan biosolar B30. Menurutnya selain tidak signifikan memangkas impor migas, B30 justru dapat menghambat logistik dan membahayakan keselamatan transportasi.
“Sektor transportasi sendiri hanya menggunakan sekitar 50 persen dari impor solar itu. Berarti nilainya lebih kecil lagi sehingga tidak signifikan mengurangi impor migas untuk menghemat devisa,” jelas Bambang Haryo.
“Presiden harus tahu dampak buruk B30 terhadap sektor transportasi dan industri, jangan mau menerima begitu saja informasi Asal Bapak Senang bahwa B30 mengurangi impor migas dan menghemat devisa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

B30 Disebut Ganggu Mesin Kendaraan

Bambang Haryo mengatakan, hingga saat ini negara-negara lain yang menerapkan biosolar masih di bawah B10, seperti Argentina dan China maksimal B7, bahkan Malaysia, Australia dan Kanada hanya menerapkan B5. Menurut dia, mereka tidak gegabah karena B30 sangat rentan menyebabkan kerusakan mesin alat transportasi.
“Muncul viskositas lebih dan slag yang tinggi, nozel dan filter injector mesin menjadi cepat rusak, sehingga mesin dapat gagal berfungsi. Kapal mogok di tengah laut akibat mesin mati bisa mengakibatkan perubahan stabilitas negatif dan berujung terjadinya tenggelam. Kejadian ini pernah dialami KMP Senopati Nusantara pada akhir 2006,” ungkap Bambang Haryo, yang pernah menjadi senior investigator KNKT.
Oleh karena itu, pihaknya menolak mandatori B30 untuk sektor transportasi. “Pemerintah jangan mengorbankan sektor transportasi dan ekonomi nasional untuk mengakomodasi kepentingan konglomerat kelapa sawit dengan tidak realistis meningkatkan kandungan biodiesel pada solar menjadi di atas 30 persen bahkan 100 persen. Itu tidak masuk akal dan berbahaya,” tegasnya.
ADVERTISEMENT