Harga CPO Sempat Sentuh MYR 5.000 per Ton, Hari Ini Kembali Merosot

29 Juni 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia hari ini terpantau merosot kembali setelah kemarin, Selasa (28/6), harganya sempat menyentuh level MYR 5.000 per ton usai terpuruk dalam beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs bursamalaysia.com, Rabu (29/6), harga CPO pada pukul 10.20 WIB menetap di harga MYR 4.886 per ton, turun 2,18 persen dari harga pembukaan perdagangan hari ini di MYR 4.993 per ton.
Fluktuasi harga CPO ini masih terjadi sejak awal pekan ini. Terpantau di situs tradingeconomics.com, pada hari Selasa harga CPO sempat menyentuh harga MYR 5.027 per ton pada pukul 16.15 WIB. Namun, tren penurunan harga kembali berlanjut hingga kini.
Adapun tren harga CPO sepekan ke belakang atau sejak 22 Juni 2022 terlihat melesat cukup signifikan sebesar 8,04 persen, yaitu dari harga MYR 4.493 per ton. Meski begitu, dalam sebulan, harga CPO anjlok hingga 21.18 persen.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal GAPKI Eddy Martono membenarkan bahwa pengusaha sawit di Indonesia sedang merasakan turunnya harga CPO dunia akibat terjadi pelemahan permintaan CPO dunia. Selain itu, dia juga menyebutkan faktor lain adalah karena panen kedelai di Brazil yang cukup bagus.
ADVERTISEMENT
"Kedelai atau soybean kan jadi minyak nabati juga (soybean oil), negara importir CPO juga importir kedelai atau minyak kedelai," jelasnya kepada kumparan, Jumat (24/6).
Lanjut Eddy, pihaknya pun hanya bisa mengantisipasi dan memantau pergerakan harga lantaran Indonesia tidak berdaya untuk memengaruhi harga CPO dunia. Dia menilai, komoditas ini sudah wajar mengalami fluktuasi di tengah pelemahan ekonomi global.
"Kalau sudah seperti ini harus mulai mengencangkan ikat pinggang, kita pelaku usaha tidak bisa menentukan harga. Harga CPO juga dipengaruhi harga minyak nabati lain. Sekali ke depan tergantung supply dan demand, kalau ekonomi global melemah permintaan juga akan melemah," tutur dia.