Harga Daging Babi di China Meroket, Anjing dan Kelinci Jadi Opsi

22 Oktober 2019 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Daging Babi Foto: REUTERS/Hyungwon Kang
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Daging Babi Foto: REUTERS/Hyungwon Kang
ADVERTISEMENT
Harga daging babi di China naik tajam. Di pasar-pasar Tiongkok seperti Beijing dan Shanghai, daging babi dijual RMB 71 atau setara USD 10 (Rp 140.000) per kilogram (kg). Harga ini naik hampir 2 kali lipat dibandingkan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Harga daging babi tahun lalu hanya belasan yuan per 500 gram, sekarang bisa lebih dari 30 yuan," kata warga China, Liang Meilu seperti ditulis South China Morning Post (SCMP), Selasa (22/10).
Sebagai alternatif, pedagang pasar dan restoran di China menawarkan opsi daging lain, yakni kelinci hingga anjing. Ada juga opsi ikan.
"Kenapa tidak memilih daging anjing jika ingin makan daging?" ucap seorang pelayan restoran di Tiongkok yang memberi opsi kepada pengunjung.
Pekerja menyiram taman dengan latar Menara Kanton atau Menara Guangzhou di Guangzhou, Guangdong, China. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Daging kelinci dijual hanya RMB 43,6 atau setara USD 6,50 per kg. Namun bila konsumen masih ingin makan daging babi, mereka memilih tulangan yang masih ada dagingnya, harganya lebih murah.
Meroketnya harga daging babi di China dipicu virus flu Afrika yang menyebar ke seluruh peternakan di Negeri Tirai Bambu. Populasi babi di China anjlok 41,1 persen pada September 2019, dibandingkan bulan yang sama di 2018. Hal ini merujuk pada survei Kementerian Pertanian dan Pedesaan China terhadap 400 kabupaten kota.
ADVERTISEMENT
Turunnya pasokan sangat terasa, karena China merupakan produsen dan konsumen babi terbesar di dunia. Separuh dari konsumsi dunia berasal dari China.
Menurut catatan Badan Statistik China, harga daging babi secara nasional naik 69 persen pada September, dibandingkan bulan yang sama di 2018. Hal ini yang memicu inflasi naik ke angka 3 persen, atau batas atas inflasi yang ditetapkan pemerintah pusat.
Dalam jangka pendek, Pemerintah China pun telah membuka keran impor sebesar 1,32 ton untuk periode Januari-September 2019. Angka ini melonjak 43,6 persen.