Harga Jagung Mahal, Kementan Janji Beri Subsidi ke Peternak Ayam

16 Juni 2021 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peternak memanen telur di peternakan ayam petelur di Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021).  Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Peternak memanen telur di peternakan ayam petelur di Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya menekan biaya produksi pakan ternak dengan memberikan subsidi transportasi bagi peternak ayam. Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PHK) Kementan Makmun mengatakan, harga jagung yang mahal sangat berimbas ke biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan peternak, harga jagung Rp 6.500 per kilogram (kg). Sementara untuk dapat mencapai keseimbangan bisnis, harga jagung idealnya sekitar Rp 4.500 per kg - Rp 5.000 per kg.
“Jagung mahal sekali, jadi turun dan naik. Jadi yang bisa kami lakukan yaitu mensubsidi transportasi. Semoga hal-hal begini sepanjang anggaran pangan ada, kami tak akan keberatan,” katanya dalam webinar Rembuk Nasional 2021, Rabu (16/6).
Peternak memanen telur di salah satu peternakan di Desa Padaharja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (29/1/2021). Foto: Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO
Kendati demikian, Makmun tak menjelaskan lebih rinci total anggaran untuk kebutuhan subsidi transportasi bagi peternak. Namun, solusi jangka pendek ini diklaim akan mampu menekan biaya produksi peternak baik petelur maupun pedaging ayam.
“Supaya industri semangat tidak berebut jagung, sehingga harga jagung bisa turun sedikit sedikit,” tambahnya.
Selain subsidi transportasi, Kementan telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Perbibitan dan Produksi Ternak yang diterbitkan tanggal 3 Juni 2021 mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
ADVERTISEMENT
Penerbitan SE ini merupakan upaya Kementan untuk menyeimbangkan ketersediaan dan kebutuhan DOC atau bibit ayam. Untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan yang memicu anjloknya harga di tingkat peternak.
“Langkah yang sudah dilakukan kami mereview cara menghitung alokasi impor GPS, baik yang di broiler dan layer karena arahnya ini kita mulai. Bergantung pada live bird tetapi kita juga mengupayakan supaya (ada) ketahanan di hilir,” imbuhnya.