Harga Kakao Meroket, Kemenperin Antisipasi Dampaknya ke Industri Cokelat RI

29 Maret 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani menujukkan kakao yang mengalami pembusukan buah di Desa Powelua, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: Basri Marzuki/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani menujukkan kakao yang mengalami pembusukan buah di Desa Powelua, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: Basri Marzuki/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, mengatakan lonjakan harga kakao di pasar dunia pastik akan berimbas ke industri cokelat di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Harga kakao berjangka untuk pengiriman bulan Mei kini melonjak ke level tertinggi sepanjang masa di level USD 10.080 per metrik ton. Harga kakao naik lebih dari tiga kali lipat selama setahun terakhir dan melonjak 129 persen pada tahun 2024.
Putu menjelaskan, memang terjadi penurunan produksi kakao di negara-negara produsen. Sementara dikutip dari CNBC, dampak dari harga kakao melonjak mulai terlihat seiring dunia menghadapi defisit pasokan dalam beberapa dekade. Organisasi Kakao Internasional memprediksi defisit pasokan sebesar 374.000 ton dalam periode 2023-2024, meningkat 405 persen dari defisit 74.000 ton pada musim sebelumnya.
Bahkan, produsen cokelat dengan merek ternama di dunia seperti KitKat dan Oreo mengungkapkan kekhawatiran kenaikan harga kakao bisa mengancam keuntungan mereka dan pembeli menolak diberikan harga tinggi.
ADVERTISEMENT
"Dalam negeri masih adem-adem saja, industri belum ada menyampaikan ke kita. Tapi bagaimanapun nanti pasti terdampak," kata Putu di Kompleks Widya Chandra, Kamis (28/3) malam.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika. Foto: Kemenperin
Indonesia saat ini menempati urutan ke-7 sebagai produsen biji kakao terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negara pengolah produk kakao olahan ke-3 dunia setelah Belanda dan Pantai Gading, data dari International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2022/2023.
Meski begitu Indonesia mengalami kendala produktivitas kakao yang kata Putu semakin menurun.
"Masalahnya bahwa pohon kakao kita sudah tua tua. Hampir sebagian besar kebun rakyat. (Punya BUMN) kecil banget. Itu sebagian besar, 99,7 persen itu adalah masyarakat petani," kata Putu.
Dengan melonjaknya harga kakao global saat pasokan defisit, menurut Putu menjadi momentum bagus untuk kakao Indonesia memenuhi permintaan pasar global. Untuk itu Kemenperin mendorong dilakukan peremajaan kebun kakao.
ADVERTISEMENT
"Produktivitasnya kita 200 kg per hektare. Tapi ini potensinya 600 kg per hektare. Garap dulu yang tua dipotong. Diremajakan," kata Putu.
Data Kemenperin mencatat volume produk cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake, dan cocoa powder diekspor sebesar 327.091 ton atau 80 persen dari total produksi nasional, yang diekspor ke 96 negara.
Selain produk kakao olahan, produk cokelat juga sudah mulai menunjukkan kinerjanya melalui kontribusi ekspor sebesar USD 76 juta. Nilai ekspor produk cokelat tahun 2022 meningkat 9,59 persen dibandingkan tahun 2021.
Selain itu, kemampuan manufaktur dan pengolahan kakao intermediate di Indonesia telah mampu menarik investasi dari 11 produsen kakao terkemuka dari seluruh dunia, mempekerjakan kurang lebih 2.500 tenaga kerja langsung dengan kapasitas produksi 739.250 ton per tahun untuk cocoa butter, cocoa liquor, cocoa powder, dan cocoa cake.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di kelompok industri olahan kakao hilir, terdapat 900 perusahaan industri pengolahan cokelat dengan kapasitas terpasang 462.126 ton per tahun.