Harga Minyak Anjlok ke Posisi Terendah Dalam Setahun
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip data Reuters, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 3,90 atau 6,8 persen dan ditutup pada USD 53,39. Bahkan pada awal sesi perdagangan sempat jatuh 7,7 persen menyentuh posisi USD 52,77 per barel atau terendah sejak Oktober 2017.
Sementara minyak mentah jenis Brent turun USD 4,50 atau 6,7 persen, menjadi USD 62,29 per barel. Penurunan harga ini memperpanjang tren yang terjadi sejak awal Oktober.
Harga WTI telah jatuh lebih dari 30 persen dari posisi tertingginya dalam empat tahun pada awal Oktober. Kejatuan harga ini terbebani oleh lonjakan pasokan dan aksi jual aset berisiko di seluruh dunia. Sedangkan Brent melorot sekitar 28 persen pada periode yang sama.
Sejalan dengan penurunan harga WTI dan Brent ke posisi terendah seperti di awal Oktober 2017, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude-oil Price/ICP) juga berpotensi kembali ke kisaran USD 54-56 per barel. Sebelumnya pada awal November, harga ICP masih di kisaran USD 76-78 per barel.
ADVERTISEMENT
Penurunan harga minyak mentah ini, akan menurunkan beban impor migas nasional. Terlebih ditopang tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Analis mengungkapkan, kejatuhan harga minyak sejalan dengan anjloknya bursa, akibat pasar mempersepsi gambaran prospek ekonomi global yang suram.
”Ketika pasar saham turun 8 atau 9 persen, itu cenderung memunculkan gambaran ekonomi global yang lemah sehingga prospek permintaan minyak dunia juga akan turun,” kata President Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.
Pemicu lain turunnya harga minyak mentah ini adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut akan tetap menjadi "mitra setia" Arab Saudi, meskipun ada dugaan kuat kerajaan mengetahui latar belakang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Turki, bulan lalu. Sebelumnya, pasar minyak mengkhawatirkan ketegangan kedua negara yang dipicu kasus tersebut.
ADVERTISEMENT