Harga Minyak dalam Tren Kenaikan, RI Harus Waspada

8 Oktober 2018 9:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Harga minyak terus memperlihatkan tren positif dan berpeluang kembali ke level USD 100 per barel. Direktur Eksekutif Economic Action (ECONACT) Indonesia, Ronny P Sasmita, mengingatkan pemerintah agar menyiapkan berbagai skenario untuk mengantisipasi imbasnya pada perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
"Jika harga minyak naik jadi USD 100 per barel, memang akan ada tambahan pada pendapatan negara karena akan ada pendapatan dari kenaikan harga minyak, lebih besar dibandingkan kemungkinan tambahan belanja subsidi solar. Kalkulasinya, harga minyak naik USD 1 per barel, pendapatan pemerintah akan naik Rp 3 triliun," ucapnya kepada kumparan, Senin (8/10).
Ronny menghitung, bila mengacu pada asumsi harga minyak dalam APBN sebesar USD 70 per barel tahun depan, maka tambahan pendapatan negara bisa berkisar Rp 90 triliun. Sementara itu, tambahan subsidi solar diasumsikan sama dengan tahun ini yakni Rp 1.500 per liter.
"Namun sebagaimana diwanti-wanti oleh banyak analis, dengan skenario ini justru pertumbuhan ekonomi bisa turun ke bawah 5 persen karena akan ada tambahan inflasi sekitar 0,3 persen hingga 1 persen. Dan bunga acuan diprediksi bisa naik mencapai 7 persen pada 2019 mendatang, atau naik 125 basis poin dari posisi saat ini 5,75 persen," kata Ronny.
Seorang perajin mendaur ulang besi bekas untuk dijadikan miniatur pompa angguk minyak di Kota Pekanbaru, Riau. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang perajin mendaur ulang besi bekas untuk dijadikan miniatur pompa angguk minyak di Kota Pekanbaru, Riau. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Risiko lainya, Ronny menambahkan, defisit minyak melebar sehingga membuat defisit transaksi berjalan menembus 3,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
"Kondisi tersebut akan menjadi faktor pendorong arus keluar modal asing yang akan membuat nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp 16.000-Rp 16.500 per dolar AS," paparnya.