Harga Minyak Diperkirakan Baru Kembali ke Kisaran USD 60 per Barel di 2021

27 April 2020 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pompa minyak Arab Saudi Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pompa minyak Arab Saudi Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
ADVERTISEMENT
Pandemi corona berdampak ke berbagai sektor perekonomian, tak terkecuali migas. Anjloknya permintaan saat pandemi membuat harga minyak jatuh hingga ke level terendah dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Pada 21 April 2020, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) bahkan sempat negatif menjadi USD -14,08 per barel. Kini rata-rata harga minyak dunia berada di kisaran USD 20 per barel.
"Sekarang dengan harga USD 20-30 per barel, itu kira-kira sama dengan tahun 1980-an. Waktu itu pernah juga harga minyak USD 20-30 per barel, tetapi biaya untuk mengeluarkan minyaknya masih lebih rendah sehingga dianggap tidak terlalu masalah. Sekarang cost begitu tinggi tapi harga begitu rendah, maka ini akan menjadi resesi bagi industri hulu migas," ungkap Mantan Kepala Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, dalam keterangannya, Senin (27/4).
Situasinya saat ini, pasokan minyak sangat berlebih. Rudi menjelaskan bahwa permintaan minyak dalam kondisi normal mencapai 97 juta barel per hari. Gara-gara pandemi COVID-19, permintaan minyak jeblok ke kisaran 70 juta barel per hari.
ADVERTISEMENT
Sementara produksi minyak tak bisa segera diturunkan. Ada lapangan-lapangan minyak yang harus terus berproduksi. Tangki-tangki penyimpanan minyak di seluruh dunia jadi penuh. Hal ini yang membuat harga minyak tak bisa pulih dalam waktu singkat.
"Banjir pasokan yang sekarang ada, minyak yang ada di tangki-tangki di seluruh dunia saat ini, sementara produksi tidak bisa begitu saja disetop, maka harga yang sekarang tidak mudah dinaikkan," kata Rudi.
Ilustrasi Migas, Pertamina Hulu Energi. Foto: Dok. Pertamina Hulu Energi
Langkah Arab Saudi dan sekutunya di OPEC+ yang ingin memangkas produksi minyak sampai 9,7 juta barel per hari tak cukup ampuh untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Sebab, surplus produksi mencapai 30 juta per barel.
"Bayangkan 30 juta barel kelebihannya setiap hari. OPEC+ mau menurunkan 9,7 juta barel, belum cukup. Harus 30 juta barel baru seimbang. Kalau pengurangannya lebih dari 30 juta barel, baru lah harga minyak terdongkrak lagi dan itu baru bisa terjadi 3-4 bulan lagi menurut saya," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Saya memperkirakan masuk ke angka USD 30-40 per barel minimal 3 bulan dari sekarang. Tapi untuk masuk ke USD 50-60 per barel saya kira baru akan terjadi tahun depan," Rudi menambahkan.
Karena itu, Rudi memperkirakan, harga minyak masih akan berada di level rendah hingga akhir tahun ini. "Ini cukup berbahaya, tidak akan habis dalam waktu 2-3 bulan. Bisa terjadi sampai akhir tahun untuk kembali ke angka stabil yang baru di USD 50-60 per barel, harga di mana produsen maupun konsumen sepakat untuk sama-sama mengambil untung tapi tidak terlalu banyak," pungkasnya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona
ADVERTISEMENT