Harga Minyak Terus Naik Meski Masih Pandemi, Arcandra Tahar Beberkan Penyebabnya

26 Juni 2021 9:08 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah (Brent) dunia bulan Juni ini sudah naik sekitar 50 persen dibandingkan dengan harga di awal tahun. Di bulan Juni ini harga sudah bertengger di angka USD 75 per barel. Kenaikan harga yang signifikan ini terjadi di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum usai. Padahal sebelumnya banyak yang memprediksi harga minyak tidak akan kembali ke level sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar membeberkan penyebabnya. Pertama, banyak negara yang sudah memvaksin warganya, sehingga relaksasi terhadap kegiatan sosial dan ekonomi memberikan harapan akan menggeliatnya kembali roda ekonomi.
"Pulihnya ekonomi ini secara otomatis akan membuat kebutuhan energi akan naik. Walaupun energi terbarukan banyak digencarkan penggunaannya, namun kebutuhan terhadap energi fosil belum bisa tergantikan dalan dua dekade ke depan, termasuk kebutuhan akan minyak dan gas," ujar Arcandra seperti dikutip kumparan dari akun Instagram pribadinya, Sabtu (26/6).
Kedua, kekhawatiran akan terjadinya kerusakan permanen terhadap kebutuhan minyak dunia, termasuk harga yang tidak mungkin pulih kembali akibat COVID-19 terbukti tidak terjadi, paling tidak sampai saat ini. "Justru kebutuhan akan minyak mentah diperkirakan akan kembali pulih seperti sebelum COVID-19 pada tahun 2022 yaitu sekitar 100 juta barel per hari. Optimisme ini ikut mendorong naiknya harga minyak mentah pada level bulan Juni ini," kata Arcandra.
Ilustrasi migas. Foto: SKK Migas
Ketiga, disiplinnya OPEC+ dalam menjaga tingkat produksi. OPEC+ belum terpancing untuk menaikkan produksi walaupun kebutuhan naik. Minyak yang disimpan di tangki-tangki penyimpanan baik di negara produsen maupun di negara konsumen digunakan untuk memenuhi kenaikan kebutuhan minyak mentah ini.
ADVERTISEMENT
"Akibatnya, inventory level mengalami penurunan yang signifikan sejak bulan Mei 2021. Dengan tidak bertambahnya suplai sementara kebutuhan naik, maka harga minyak mentah akan naik, apalagi kalau inventory dari cadangan minyak negara-negara maju sudah menipis," paparnya.