Harga Nikel Terus Merosot, Ini Strategi Vale Indonesia Biar Tetap Untung

29 November 2023 18:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penandatanganan perjanjian pendahuluan divestasi PT Vale Indonesia. Foto: Vale Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan perjanjian pendahuluan divestasi PT Vale Indonesia. Foto: Vale Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berupaya tetap membukukan keuntungan di tengah normalisasi harga komoditas nikel dunia yang terus merosot hingga di kisaran USD 16 ribu per ton.
ADVERTISEMENT
Chief Financial Officer (CFO) Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, mengakui harga nikel mengalami tren penurunan. Meski begitu, penurunan juga terjadi di biaya produksi Vale Indonesia,
"Unit cost kita juga dalam tren menurun, bahkan di 3 bulan terakhir sudah berada di bawah USD 10 ribu, di USD 9 ribuan, jadi kalau mau breakeven (balik modal) itu harga nikel harus ada sekitar USD 12-13 ribu," jelasnya saat Public Expose Live 2023, Rabu (29/11).
Bernardus juga meyakini harga nikel tidak akan semakin anjlok di bawah USD 13 ribu per ton. Dengan begitu, Vale Indonesia masih berpeluang membukukan keuntungan di tahun ini.
"Jadi secara margin PT Vale masih cukup aman dan saya tidak memperkirakan harga nikel akan jatuh sedalam di bawah USD 13 ribu dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang ada saat ini," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Operations, Process Plant, Nursery PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Foto: Vale Indonesia
Vale Indonesia, kata dia, akan selalu berupaya efisiensi kegiatan produksi supaya unit biaya untuk produksi bisa terjaga di level yang menguntungkan bagi perusahaan, terutama di komponen biaya energi.
Bernardus memaparkan, biaya energi berkontribusi 30-35 persen dari biaya produksi Vale Indonesia. Ada tiga inisiatif yang dilakukan perusahaan untuk menurunkan biaya energi ini semaksimal mungkin.
Pertama, perusahaan mengoptimalkan blending energy resources, dari minyak mentah, batu bara dan lain sebagainya. Kedua, perusahaan secara bertahap mengurangi konsumsi energi yang diukur secara waktu ke waktu, dan ketiga mendapat sumber energi yang lebih kompetitif.
"Tiga inisiatif ini kami harap biaya produksi terutama energi yang representing sekitar 30-35 persen dari biaya produksi bisa kami jaga dalam level yang efisien sehingga margin yang ada bisa terjaga," tutur Bernardus.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Vale Indonesia juga tidak akan merevisi target produksi nikel di tahun ini yaitu sebesar 70 ribu ton. Bahkan, perusahaan akan terus menggenjot produksi agar untung sebesar-besarnya.
"Kami melihat tren penurunan harga nikel ini juga tantangan bagi kami, kami justru harus terpacu untuk meningkatkan produksi. Dengan ini kami masih punya margin cukup untuk booking profit jadi tidak ada revisi produksi dalam rencana kami," pungkasnya.