Harga Pakan Tinggi, Pemerintah Diminta Tidak Anti Impor Jagung

24 September 2021 11:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peternak memberi pakan ke ayam petelur peliharaannya. Harga pakan naik akibat kenaikan jagung yang jadi bahan utama pakan ternak. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peternak memberi pakan ke ayam petelur peliharaannya. Harga pakan naik akibat kenaikan jagung yang jadi bahan utama pakan ternak. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah diminta tak anti impor jagung demi mengatasi persoalan harga pakan ayam petelur yang masih tinggi. Apalagi jagung lokal memang tergolong mahal jika dibanding dengan negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Biaya produksi jagung di Indonesia mencapai Rp 4.500 per kilogram (kg), sementara di negara Amerika Latin, seperti Brasil biaya produksi di bawahnya sekitar Rp 2.500 per kg.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Aditya Alta mengatakan, harga jagung yang tinggi ini akan berdampak terhadap biaya pakan. Ia pun menjelaskan beberapa faktor yang membuat biaya produksi jagung di dalam negeri lebih tinggi.
Pertama adalah biaya angkut dan infrastruktur logistik yang kurang efisien. Kedua, yaitu mengenai kurangnya fasilitas pasca panen seperti pengering dan juga terjadinya penyusutan.
“Kita memang kurang efisien sehingga berbiaya tinggi juga ada problem konektivitas antar daerah,” katanya saat webinar bertajuk Food Security Symposia: Harga Daging Ayam Naik, Harga Jagung Pemicunya?, Jumat (24/9).
ADVERTISEMENT
Aditya bilang, untuk menyiasati harga jagung yang tinggi sebaiknya pemerintah tidak anti impor. Apalagi jagung menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pakan ayam yang berkontribusi sekitar 57-72 persen.
“Nah impor (jagung) itu akan menambah jumlah jagung yang beredar, ketika harga sudah tinggi otomatis harga jagung turun, pada akhirnya dia akan menurunkan biaya produksi bagi peternak ayam dan petelur,” jelasnya.