Harga Pangan Melonjak, Kemenkeu Yakin Inflasi Tetap di Bawah 3 Persen di 2023

11 Desember 2023 17:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan didampingi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan DKI Jakarta meninjau ketersediaan stok pangan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Rabu (27/4). Foto: PPID DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan didampingi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan DKI Jakarta meninjau ketersediaan stok pangan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Rabu (27/4). Foto: PPID DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah memproyeksikan inflasi Indonesia berada di bawah 3 persen hingga akhir tahun 2023.
ADVERTISEMENT
“Inflasi tinggal 1 bulan lagi 2023, saat ini kan tinggal 2,9 persen di bawah itu sedikit. Kita akan lihat di akhir tahun kira-kira akan segitu, di bawah 3 persen,” ujar Suahasil usai mengikuti sidang kabinet di Istana Negara, Senin (11/12).
Meski inflasi saat ini masih terkendali, Kemenkeu menyoroti inflasi harga pangan. Terlebih lagi, sebagian bahan pangan mengalami lonjakan harga pada bulan Desember.
“Secara khusus kami memperhatikan harga produk, telah dilaporkan juga kesiapan stok kita terkait beras, jagung dan komoditas lainnya,” katanya.
Suahasil memastikan pemerintah bisa menjaga stabilisasi harga, intinya lonjakan harga pangan harus perlu diwaspadai. Oleh karena itu, ketersediaan dan distribusi produk pangan menjadi sangat penting.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara di Kompleks Parlemen, Senin (5/9). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
“Itu tadi dilaporkan juga stok beras jagung kita miliki stok yang cukup untuk menghadapi Nataru dan beberapa bulan ke depan,” imbuh Suahasil.
ADVERTISEMENT
Kemenkeu yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mencapai angka 5 persen sepanjang 2023. Kendati banyak negara maju sedang mengalami masalah ekonomi akibat persoalan geopolitik.
Suahasil mencontohkan, negara seperti Amerika sudah mulai melakukan penyesuaian dalam hal ketenagakerjaan hingga pertumbuhan ekonominya.
Begitu pula dengan China yang mengalami kontraksi ekonomi. Hal yang sama juga dialami banyak negara di Eropa.
"Moga-moga ini bisa segera selesai sehingga kita bisa menutup tahun 2023, estimasi kami di Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi masih di sekitar angka 5,0 persen," tuturnya.