Harga Properti Lagi Turun, Lebih Baik Investasi Rumah atau Apartemen?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kondisi ini membuat sebagian investor berpikiran untuk berinvestasi di sektor properti. Namun, masih ragu-ragu memutuskan jenis investasi properti apa yang lebih baik dipilih.
Terkait keraguan ini, Financial Advisor dari Indonesia Financial Advisor Community, Ike Noorhayati, menyarankan agar pemilihan jenis properti ini didasarkan atas pertimbangan kebiasaan baru sejak pandemi merebak.
Sehingga ia menyarankan bahwa rumah menjadi lebih baik dipilih ketimbang apartemen. Hal ini didasarkan atas kebiasaan Work From Home (WFH) yang membuat okupansi rate apartemen yang berlokasi di dekat kantor menurun.
"Misal WFH yang mungkin akan berlangsung cukup panjang setidaknya hingga akhir tahun ini dengan berbagai variasi, 70:30 atau 50:50 antara WFH dan WFO. Dengan demikian, untuk yang mengandalkan return investasi dari apartemen dekat kantor, harus diantisipasi bahwa occupancy rate belum akan setinggi kondisi pre-COVID," jelas Ike kepada kumparan, Rabu (17/2).
Pilihan rumah, menurutnya bahkan lebih baik daripada ruko, jika menggunakan pertimbangan mau memilih investasi yang bisa bisa multifungsi untuk tempat usaha. Terlebih lagi menurutnya, ada tren penurunan harga rumah mencapai 20 persen.
ADVERTISEMENT
"Untuk ruko, perlu lebih berhati-hati lagi di mana tren beraktivitas di rumah pun menunjukkan usaha atau bisnis bisa dikelola dari rumah. Maka saya lebih melihat bahwa rumah tapak lebih relevan untuk dimultifungsikan sebagai tempat tinggal dan usaha dibanding apartemen dan ruko tradisional," sambungnya.
Ike menjelaskan, ada opsi instrumen investasi lainnya selain properti fisik di atas. Investor bisa mencoba untuk masuk ke pasar properti tanpa aset fisik, salah satunya melalui kepemilikan saham.
Setidaknya ada 3 tipe segmen investasi di sektor properti ini. Ike merinci, segmen residensial seperti BSD dan Citra Maja. Kemudian industrial seperti Delta Mas, serta terakhir segmen recurring income seperti Pakuwon.
"Ada potensi dengan perlu sangat berhati-hati memperhatikan laporan keuangan masing-masing. Ada istilah property cycle, ada turun naiknya ketika market sedang down, ada potensi upside yang bisa diraih," pungkas Ike.
ADVERTISEMENT