Harga Sawit Membaik, Realisasi Bea Keluar CPO Capai Rp 424 M per November 2020

2 Desember 2020 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
ADVERTISEMENT
Harga sawit mulai bangkit. Dari data yang dikumpulkan penerbit Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, harga CPO Indonesia naik 74 persen menjadi USD 880 per ton dari titik terendah USD 507 per ton.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut tentu berdampak pada penerimaan bea keluar. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar-Lembaga Bea Cukai Kementerian Keuangan, Syarif Hidayat, mengungkapkan tarif bea keluar sawit saat ini mencapai USD 3 per metrik ton.
Sementara untuk realisasi bea keluar Crude Palm Oil atau CPO sampai akhir November 2020 mencapai Rp 424 miliar. Namun, Syarif belum membeberkan realisasi di periode yang sama pada tahun 2019.
"Realisasi BK CPO dan produk turunannya sampai dengan akhir November sebesar Rp 424 miliar," kata Syarif Rabu (2/12).
Membaiknya harga sawit sudah dirasakan pengusaha sawit. Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengungkapkan harga minyak kelapa sawit mengalami kenaikan pada kuartal IV.
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
Hal ini disebabkan beberapa negara tujuan ekspor mulai terlihat peningkatan permintaan. "Diikuti dengan peningkatan tren harga minyak kelapa sawit," kata Joko melalui Webinar Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2020, Rabu (2/12).
ADVERTISEMENT
Joko mengatakan, pandemi COVID-19 semula membuat permintaan menurun drastis. Pangsa pasar sawit Indonesia seperti Uni Eropa dan China, sempat memberlakukan kebijakan lockdown, yang membuat permintaan terhambat.
Menurut Joko, setidaknya pemerintah telah menerapkan kebijakan yang tepat untuk mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit, seperti Biodiesel 30 persen (B30). Kebijakan ini membuat konsumsi minyak nabati dalam negeri terkerek naik.
"Konsumsi domestik juga meningkat karena industri oleochemical yang mendukung pencegahan transmisi virus melalui pengembangan produk sanitasi, seperti sabun dan disinfektan," ujar Joko.