Harga Tiket Pesawat Masih Mahal, DPR Kritik Menhub dan Pertamina

25 November 2019 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lion Air dan Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-hatta, Jakarta. Foto: AFP/Adek BERRY
zoom-in-whitePerbesar
Lion Air dan Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-hatta, Jakarta. Foto: AFP/Adek BERRY
ADVERTISEMENT
Komisi V DPR RI mengkritisi Kementerian Perhubungan dan PT Pertamina (Persero) terkait masih mahalnya harga tiket pesawat. Sebab, harga tiket pesawat mahal karena tingginya harga avtur.
ADVERTISEMENT
"Ini kenaikan harga tiket masih mahal, ini karena pengaruh avtur, komponen yang mahal. Kami ingin mendengar apa kendala Pertamina. Pemain baru tak mudah masuk," ujar Ketua Komisi V DPR RI, Lazarus, di Ruang Rapat Komisi V, Jakarta, Senin (25/11).
Lazarus menjelaskan, mahalnya tarif tiket pesawat membuat masyarakat kembali menggunakan transportasi darat. Jika terus dibiarkan, dia khawatir industri penerbangan ditinggal konsumennya.
"Kalau Pertamina bisa jadi tuan rumah, ngapain ngundang negara lain. Hari ini masyarakat mundur ke belakang dari yang awalnya bisa naik pesawat, mundur lagi naik mobil darat," ujarnya.
Merespons hal tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya terus berupaya agar harga avtur bisa lebih terjangkau.
Bahkan, Budi Karya juga mengaku akan meminta Menteri BUMN, Erick Thohir, agar membuat keputusan agar tak ada monopoli harga avtur. Sehingga harga tiket pesawat bisa lebih terjangkau.
ADVERTISEMENT
"Kami memberikan kesempatan ke operator lainnya. Kita meminta keputusan Menteri BUMN. Sehingga nanti juga tidak terjadi monopoli," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Korporat, Pertamina, Basuki Trikora Putra, menuturkan pihaknya telah memenuhi standar internasional mengenai avtur.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (tengah) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi V di Kompleks Senayan, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Adapun saat ini, 81 persen avtur Pertamina didistribusikan untuk kebutuhan maskapai domestik. Sementara sisanya untuk maskapai internasional.
"Kami telah memenuhi seluruh standar internasional, karena bahan bakar avtur ini dipakai pesawat-pesawat dengan berbagai tipe produk. Dari persentase volume, 81 persen ke domestik dan 19 persen ke internasional," katanya.
Dia melanjutkan, 31 persen volume avtur itu untuk dipasok ke Garuda, 24 persen ke Lion Air, 9 persen ke Citilink, 8 persen ke Sriwijaya, serta sisanya ke maskapai domestik lainnya. Sementara untuk maskapai internasional, 12 persen untuk Qatar Airways.
ADVERTISEMENT
"Secara regulasi, terbuka sesuai BPH Migas. Kepada siapa pun yang bisa memenuhi syarat BPH Migas untuk memasarkan avtur di Indonesia. Pertamina masih satu-satunya yang melayani seluruh pelanggan airlines di Indonesia," tambahnya.