Harita Nickel Catat Laba Bersih Rp 2,74 T di Semester I 2023, Turun 14,6 Persen

1 Agustus 2023 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk MHP Harita Nickel. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Produk MHP Harita Nickel. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emiten tambang nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, mencatatkan penurunan laba bersih di periode semester I 2023. Laba bersih yang diraup Harita Nickel senilai Rp 2,74 triliun, turun 14,6 persen dibandingkan semester I 2022 senilai Rp 3,21 triliun.
ADVERTISEMENT
Penurunan laba bersih ini dipengaruhi laba sebelum pajak penghasilan anjlok 20,59 persen, dari Rp 4,7 triliun di semester I 2022 menjadi Rp 3,79 triliun di semester I 2023. Jika dilihat lebih rinci, penurunan tersebut karena bagian atas laba entitas asosiasi menyusut 56,56 persen menjadi Rp 939 miliar.
Harita Nickel membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai Rp 10,24 triliun. Perolehan tersebut melonjak 88,74 persen dari Rp 5,42 triliun per Juni 2023.
Kenaikan pendapatan NCKL ini terjadi di seluruh bisnis. Seperti pengolahan nikel yang naik menjadi Rp 8,58 triliun dan penambangan nikel yang naik menjadi Rp 1,65 triliun.
Terkait kontrak dengan pelanggan pihak ketiga, Lygend Resources and Technology Tiongkok mendominasi pendapatan sebesar 56 persen atau setara Rp 5,77 triliun. Lalu, disusul oleh Glencore International AG, Swiss senilai Rp 1,5 triliun dan Ningbo Lygend Wisdom asal Tiongkok senilai Rp 1,3 triliun.
ADVERTISEMENT
“Namun demikian, UU Minerba dan peraturan terkait lainnya juga memberikan peluang bagi grup untuk memperoleh nilai tambah dengan tambahan pendapatan dari pengolahan hasil pertambangan dan pemurnian milik entitas anak,” tulis manajemen dalam laporan keuangan perusahaan, dikutip Selasa (1/8).
Tak hanya itu, beban pokok penjualan Harita Nickel tercatat senilai Rp 6,74 triliun. Perolehan tersebut melesat 177,42 persen dari Rp 2,43 triliun di semester I 2022.