Hensel Davest Incar 300.000 UMKM jadi Agen DavestPay

12 Juli 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Hensel Davest Indonesia Tbk hari ini resmi menjadi perusahaan teknologi finansial pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PT Hensel Davest Indonesia Tbk hari ini resmi menjadi perusahaan teknologi finansial pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial (tekfin) atau fintech, PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) resmi melantai di pasar modal hari ini. HDIT merupakan perusahaan fintech pertama yang menjadi perusahaan publik.
ADVERTISEMENT
Hensel Davest Indonesia didirikan pada 2013 sebagai perusahaan yang memproses transaksi multi-biller. Perseroan memulai usaha dari pulsa elektrik hingga ke prepaid listrik dan biller lainnya seperti BPJS dan PDAM.
Pada 2015, perusahaan meluncurkan aplikasi DavestPay untuk menyasar segmen B2C. Saat ini, Hensel Davest Indonesia memiliki lebih dari 220.000 jaringan agen (UMKM dan warung) di seluruh Indonesia dan memproses lebih dari 600.000 transaksi per harinya.
Direktur Utama HDIT Hendra David mengatakan, tahun ini pihaknya menargetkan bisa mempunyai 300.000 jaringan agen.
“Kami menargetkan hingga akhir tahun punya 300.000 merchant, agen jaringan, ya. (Termasuk) UMKM juga,” ungkap Hendra di Main Hall BEI, Jakarta, Jumat (12/7).
Hendra menyatakan, pihaknya optimistis target tersebut bisa tercapai sebab kini Davestpay telah bekerja sama dengan 220.000 merchat.
com-Ilustrasi fintech pinjaman online Foto: Shutterstock
Hendra menyampaikan, saat ini perseroan masih fokus beroperasi di kawasan Indonesia Timur. Perusahaan ini memang lahir dan tumbuh di Kota Makassar.
ADVERTISEMENT
Menurut Hendra, fokus untuk berekspansi di Indonesia bagian timur merupakan wujud nyata perseroan guna membantu pemerintah meningkatkan inklusi keuangan. Sebab menurut Hendra, selama ini kebanyakan perusahaan fintech hanya berasal dari Jawa bahkan terpusat di Jakarta.
“Gimana mau inklusi keuangan merata kalau semua perusahaan di Jawa atau Jakarta. Makanya kami lebih ke arah Indonesia timur,” ujarnya.
Dana untuk ekspansi tersebut menurutnya berasal dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) yaitu sebesar Rp 200,11 miliar.
“Sebanyak 65 persen dana hasil IPO untuk peningkatan modal kerja DavestPay untuk akuisisi merchant (warung) UMKM dan individu, pembelian persediaan barang dagang, uang muka serta piutang usaha kepada pelanggan,” ujarnya.
Sedangkan sebesar 10 persen dana IPO akan digunakan untuk meningkatkan teknologi komunikasi serta pengembangan SDM. Sisanya atau sebanyak 25 persen akan digunakan untuk pembelian bangunan untuk operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT