Hotel di Yogya Tawarkan Paket Karantina 14 Hari, Harganya Mulai dari Rp 3 Juta

3 April 2020 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar hotel untuk karantina virus corona. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar hotel untuk karantina virus corona. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Hotel di Yogyakarta mengalami penurunan tingkat okupansi hingga 0-9 persen akibat terdampak virus corona. Untuk membantu masyarakat yang hendak karantina mandiri, hotel-hotel juga menyediakan paket menginap 14 hari dengan kisaran harga Rp 3 juta sampai Rp 6 juta.
ADVERTISEMENT
"(Sejumlah) hotel menerapkan sistem stay 14 hari. Menerima tamu tapi harus 14 hari. Paket. Sesuai protokol COVID-19. Ada yang Rp 3 juta, Rp 6 juta, kebanyakan hotel bintang. Non-bintang juga ada," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Internasional (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi, Jumat (3/4).
Deddy mengakui hotel-hotel di bawah PHRI DIY sudah banyak yang tidak menerapkan menginap per malam. Hal ini dilakukan demi keamanan bersama.
"Jarang ada (yang per malam). Ini demi keamanan karyawan dan properti. Ini COVID bukan main-main. Tapi kita masih punya kehidupan dan jantungnya berdetak. Besok kita serentak bikin lampu love (menyalakan secara serentak lampu love di Yogya) itu. Ini untuk menunjukkan Jogja, hotel dan restorannya masih hidup," kata dia.
Suasana jalan raya di Yogyakarta yang lengang dampak virus corona. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sejauh ini sudah ada protokol khusus bagi hotel di Yogyakarta ketika menerima tamu. Seperti mengecek suhu badan sebelum masuk hotel. Jika tamu mengalami suhu panas atau sakit maka langsung dibawa ke fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Lalu (tamu) tidak boleh keluar-keluar hotel. Mau keluar kemana obyek wisata ditutup, Malioboro juga sepi. Ini kita hanya, mereka ingin membantu teman-teman atau mereka yang mau mengkarantina diri," katanya.
Saat disinggung apakah kebijakan ini tidak bikin hotel merugi, Deddy menjelaskan bisa Break Even Point (BEP) atau balik modal saja sudah suatu hal yang baik.
"Sekarang orang hotel itu BEP saja sudah cukup. Situasi tidak normal sekarang. Kita harus mengambil kebijakan tidak normal. Tidak semua listrik kita nyalakan," katanya.