IA-CEPA Berlaku, Australia Yakinkan Sapi dari Negaranya Bebas Penyakit

Knickers, sapi raksasa di Australia Foto: Channel 7's Today Tonight via AP

Kerja sama perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah resmi dimulai sejak 5 Juli 2020 kemarin. Salah satu kerja sama perdagangan yang termasuk di dalamnya adalah sektor daging sapi dan sapi hidup.

Salah satu Organisasi Non Profit yang melayani perdagangan IA-CEPA, Meat and Livestock Australia (MLA) menyatakan daging sapi asal negeri Kangguru tersebut telah menyesuaikan standar daging ekspor ke Indonesia. Salah satunya adalah bebas dari penyakit kuku dan sapi gila.

“Daging asal Australia telah terbebas dari penyakit kuku dan sapi gila. Selain itu, daging asal daging sapi asal Australia juga telah mendapat sertifikat halal dari MUI,” urai Country Manager MLA Indonesia Valeska saat perkenalan MLA secara virtual, Senin (6/7).

Seorang pekerja di tempat pemerahan sapi Smithton, Australia. Foto: REUTERS/David Gray

Valeska menuturkan, saat ini Australia telah melakukan ekspor ke 100 negara lebih di dunia. Ia mencatat secara keseluruhan Australia telah memasok 2,4 persen kebutuhan daging sapi dunia.

“Australia telah ekspor ke seluruh dunia. Kami memastikan syarat impor masing-masing. Untuk benar-benar memastikan produk-produk impor sesuai recruitment,” sambungnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan, Australia merupakan pemasok impor daging sapi terbesar bagi Indonesia dengan nilai impor mencapai 85 ribu ton atau sekitar 53 persen dari total impor seberat 160.197 ton.

Adapun nilai impor daging sapi dari Australia mencapai USD 296,3 juta setara Rp 4 triliun dari total nilai impor Rp 7,7 triliun. Tidak hanya impor daging sapi, Indonesia juga mengimpor gandum, hewan hidup jenis lembu serta gula mentah atau tebu.