IDCTA: Indonesia Bisa Jadi Hub Perdagangan Karbon Dunia Kalahkan Jepang

11 November 2023 12:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PLTU. Foto: AFP/ BAY ISMOYO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTU. Foto: AFP/ BAY ISMOYO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia berambisi menjadi pusat perdagangan karbon dunia, mengalahkan Jepang. Dengan target bebas emisi karbon 2060, pemerintah mulai membuat banyak program terkait, salah satunya membangun industri kendaraan listrik yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Jepang menjadi rujukan karena negara tersebut sudah lebih dulu menerapkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Di Indonesia, CCS dan CCUS akan diterapkan di sektor hulu migas.
Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) Riza Suarga mengatakan besarnya potensi Indonesia sebagai pusat perdagangan karbon dunia terlihat dengan adanya beberapa CCS hub proyek yang saat ini dikembangkan di Sumatera, Jawa bagian utara dan barat, Papua, dan Masela.
"Lokasi tersebut merupakan potensi yang mungkin akan dikembangkan sebagai CCS hub,” kata Riza dalam keterangan resmi, Sabtu (11/11).
Dalam acara yang berlangsung di Bali ini, IDCTA mengajak Duta Besar Keliling RI untuk Pasifik (Roving Ambassador) Tantowi Yahya untuk melakukan pelepasan penyu di sela-sela Konferensi Digital Karbon 2023.
Nelayan melintasi di PLTU Suralaya di Cilegon. Foto: RONALD SIAGIAN / AFP
Menurut Tantowi, salah satu momen penting yang menjadi pembahasan dalam upacara Pelepasan Penyu ini, merupakan simbol keserasian dan keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual.
ADVERTISEMENT
"Menggema filosofi Bali 'Trihitakarana". Dengan melepaskan penyu kembali ke habitat alaminya, peserta konferensi memperhatikan nilai in dengan memperkuat komitmen untuk pelestarian lingkungan dan ekosistem laut," kata Tantowi.
Penyu dipilih karena melambangkan umur yang panjang dan keseimbangan melalui perwujudan konkret dari hubungan spiritual antara manusia dan alam.
"Pada akhirnya, upacara ini tidak hanya melindungi mahkluk hidup, tetapi juga berkontribusi pada keseimbangan ekologis di lautan kita sesuai dengan prinsip 'Parahiangan'," katanya.
Konsep "Trihitakarana" yang diambil juga memiliki kaitan yang erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs) ketiga belas yang menekankan keseimbangan antara manusia dan alam, serta tujuan keempat belas yang menyoroti pentingnya pelestarian ekosistem laut.
"Momen inspiratif ini mengingatkan kita semua bahwa manusia, alam, dan spiritual dapat berkembang dalam harmoni seperti yang ditunjukkan oleh penyu laut," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tantowi berterimakasih kepada IDCTA yang telah berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan, dan berharap Konferensi Digital Karbon dapat diadakan setiap tahunnya untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan harmonis.
"Terima kasih atas komitmen yang tak pernah goyah terhadap pelestarian lingkungan, mari kita bersatu untuk melepaskan makhluk-makhluk megah ini kembali ke pelukan laut, dengan harapan dan rasa syukur di dalam hati kita," kata Tantowi.
Konferensi Digital Karbon 2023 sendiri diselenggarakan oleh IDCTA yang berkolaborasi dengan event organizer PT Permata Karya Jasa (Perkasa) serta menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Asosiasi Perdagangan Emisi Internasional (IETA) serta dukungan penuh para sponsor di antaranya consultant, startup company & investor domestik dan mancanegara.