IHSG dan Rupiah Terkapar, Emas dan Dolar AS Perkasa

27 Februari 2020 7:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Investor melihat layar monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto:  Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Investor melihat layar monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Virus corona yang makin mengganas membuat pergerakan ekonomi banyak negara goyah, termasuk di Indonesia. Nilai tukar rupiah tergerus terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pun dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (26/2).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, meski harga emas kemarin sempat terkoreksi, kemilau cuannya tetap dicari. Harganya melesat di level Rp 800 ribuan. Apakah emas jadi investasi yang tepat? Berikut kumparan rangkum, Kamis (27/2).

Nilai Tukar Rupiah Makin Loyo, Dolar AS Bertengger di Rp 14.014

Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS pada kemarin, Rabu (26/2). Rupiah kini sudah berada di kisaran Rp 14.000.
Mengutip data Financial Times pukul 17.10 WIB kemarin, nilai tukar rupiah bergerak di Rp 14.014 terhadap dolar atau melemah 149,10 poin (1,08 persen) dibanding saat pembukaan.
Dalam setahun terakhir, nilai tukar rupiah melemah 0,17 persen terhadap dolar AS.
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. Foto: Nugroho Sejati/kumparan

Dana Asing Rp 1 Triliun Kabur, IHSG Ambruk 1,41 Persen

Pada perdagangan Rabu (26/2), IHSG ditutup melemah 81,553 poin (1,41 persen) ke 5.705,585. Sementara indeks LQ45 ditutup melemah 14,343 poin (1,52 persen) ke 927,334. Seluruh indeks sektoral melemah. Sektor industri dasar mencatatkan penurunan paling tajam yakni 4,35 persen.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 88 saham naik, 308 saham turun, dan 119 saham stagnan. Frekuensi saham ditransaksikan sebanyak 336.770 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 4,967 miliar saham senilai Rp 5,131 triliun. Dana asing keluar tercatat Rp 1,039 triliun. Sementara kapitalisasi pasar mencapai Rp 6.618,880 triliun.
Saham-saham penggerak indeks di antaranya Barito Pacific (BRPT) yang turun 80 poin (7,31 persen) ke Rp 1.015, Transcoal Pacific (TCPI) turun 350 poin (4,79 persen) ke Rp 6.950, Charoen Pokphand (CPIN) turun 300 poin (4,71 persen) ke Rp 6.075, Media Nusantara Citra (MNCN) turun 60 poin (4,44 persen) ke Rp 1.290, Aneka Tambang (ANTM) turun 25 poin (3,79 persen) ke Rp 635.

Rehat Sejenak, Harga Emas Antam Turun Rp 1.000 per Gram

Setelah beberapa hari terakhir harga emas Antam terus naik hingga bertengger di angka Rp 809.000 per gram, pada Rabu (26/2) harga emas Antam rehat sejenak. Harga emas Antam turun Rp 1.000 per gram.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs perdagangan Logam Mulia, Rabu (26/2), harga emas Antam pada perdagangan Rabu (26/2) turun Rp 1.000 menjadi Rp 808.000 per gram. Harga buyback juga turun Rp 1.000 menjadi Rp 730.000 per gram.
Harga emas ini berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Harga ini sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Sertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen). Untuk harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Harga Emas Terus Melesat, Saat yang Tepat untuk Investasi?

Meski kemarin sempat terkoreksi, kemilau emas tetap dicari. Sebab harganya terus melesat hingga menembus level Rp 800 ribu-an per gram dalam beberapa hari ini. Angka ini, tergolong sebagai angka terbesar sepanjang sejarah investasi emas.
Ilustrasi emas batangan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengamini hal itu. Di momen ini, ia mengatakan, adalah saat yang tepat untuk memanen cuan (untung), utamanya bagi para investor untuk menjual emas yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Kalau yang masih berencana (membeli emas) mungkin udah agak terlambat ini, harga sudah begitu tinggi. Tapi kalau mau berspekulasi, boleh aja silakan. Kalau untuk yang sudah lama memegang (emas), saatnya panen," ujar Ariston kepada kumparan, Selasa (25/2).
Dia menjelaskan, tren kenaikan harga emas diprediksi masih akan bergairah selama paling tidak 2 hingga 3 bulan mendatang. Meski begitu, ia mengingatkan, bagi investor yang mau melakukan spekulasi pembelian perlu mewaspadai stagnan kenaikan harga.