IHSG Merosot 1,68%, Investor Sebaiknya Hindari Saham yang Sensitif dengan Rupiah

16 April 2024 17:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 122,07 poin (1,68 persen) ke 7.164,8, pasca serangan Iran terhadap Israel. Hal ini menyebabkan aksi jual di bursa saham global, pelaku pasar masih mencermati perkembangan konflik di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Head of Research Investasiku by Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menyarankan, pelaku pasar bisa menghindari emiten-emiten yang sensitif suku bunga dan pelemahan rupiah seperti emiten teknologi, properti, dan konstruksi.
“Dan mencermati emiten bahan baku yang terkait logam dasar dan emiten dengan pendapatan USD,” kata Cheril kepada kumparan, Selasa (16/4).
Pasar memperkirakan serangan balasan tidak akan terjadi dalam waktu singkat dari Israel, serta pernyataan Menteri Luar Negeri Iran yang tidak memiliki rencana serangan lanjutan juga cukup menenangkan pasar sementara.
“Namun komentar dari Gubernur The Fed bagian New York, John Williams kembali membuat pelaku pasar ragu bahwa suku bunga akan diturunkan pada FOMC Juni mendatang,” ujar Cheril.
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (14/12/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Suku bunga akan dipangkas jika inflasi turun secara bertahap, namun komentar Williams juga menekankan betapa kuatnya konsumsi dan mencermati perkembangan perang di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Pelaku pasar domestik menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia, Indeks keyakinan konsumen, dan sejauh mana pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Sementara itu, Analis Mirae Sekuritas Indonesia Abyan Habib menyebut sektor komoditas menjadi rekomendasi saham saat pergerakan pasar saham sedang melemah. Ketidakpastian geopolitik sering kali mendorong investor memilih aset-aset yang aman seperti emas.
“Kita telah melihat sedikit peningkatan pada harga emas, meskipun lonjakan besar ini bergantung pada eskalasi konflik,” jelas Abyan.
Abyan menilai berinvestasi pada perusahaan minyak dan gas pada masa konflik ini memerlukan analisis yang cermat. Investor sebaiknya menunggu situasi stabil sebelum mengambil keputusan investasi apa pun.
“Prospek jangka panjang masih belum pasti. Pertimbangkan faktor-faktor di luar konflik, seperti pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan produksi OPEC+, sebelum mengambil keputusan investasi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT