IKM Otomotif Berjibaku Hadapi Dampak Pandemi COVID-19

5 April 2020 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Servis bengkel resmi Suzuki Indonesia.  Foto: dok. Suzuki
zoom-in-whitePerbesar
Servis bengkel resmi Suzuki Indonesia. Foto: dok. Suzuki
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengaku terus berupaya mendampingi serta mendukung keberlangsungan industri kecil dan menengah (IKM) dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Perihal itu, Kemenperin tengah mengidentifikasi segala tantangan yang dihadapi IKM di segala sektor, termasuk otomotif yang berkontribusi besar bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional.
“Kami sudah membuat matriksnya, apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pelaku IKM di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangan resmi kepada kumparan, Minggu (5/4).
Menurut data Kemenperin, IKM komponen dan suku cadang otomotif pendukung saat ini masih tetap berproduksi. Meskipun, sebagian besar mengalami penurunan permintaan dari vendor, Agen Pemegang Merek (APM), hingga pelanggan.
“Sebagai contoh, apabila Honda dan Yamaha berhenti produksi, potensi kerugian sekitar Rp 2 miliar untuk IKM anggota Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK),” papar Dirjen IKMA.
ADVERTISEMENT
Salah satu IKM yang bersiap mengantisipasi dampak dari penyebaran COVID-19 yaitu PT Gading Toolsindo. Mereka memprediksi, apabila terjadi lockdown selama dua pekan, usahanya akan bisa mengalami kerugian sekitar Rp 570 juta.
Sementara bila lockdown selama sebulan, bukannya tak mungkin kerugian diprediksi bisa mencapai Rp 1,3 miliar dengan beban bunga kredit sebesar Rp 480 juta.
"Adapun beberapa kendala yang dihadapi IKM komponen dan suku cadang, di antaranya adalah harga bahan baku yang lebih mahal, karena pengaruh kurs dolar," sambungnya.
Honda Vario 110 akan berhenti dipasarkan di Indonesia. Foto: Istimewa
Kendala lain yang saat ini dialami oleh IKM otomotif ialah terkait langkanya ketersediaan masker dan penyanitasi tangan, serta mahalnya termometer inframerah dan peralatan semprot disinfektan. Pasalnya, peralatan tersebut dibutuhkan untuk menjalankan protokol kesehatan saat melakukan kegiatan produksi untuk mencegah penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
Terkait imbauan pemerintah tentang bekerja dari rumah atau work form home (WFH), ia mengungkap, karyawan nonproduksi sebagian belum dapat melaksanakannya, karena keterbatasan fasilitas seperti tidak tersedianya komputer jinjing atau laptop di rumah.
“Namun, telah dilakukan beberapa upaya dalam rangka mendukung Physical Distancing. Kemudian, untuk penundaan pembayaran kredit atau pinjaman dan subsidi gaji karyawan akan kami usulkan,” ujar Gati.
Gati menambahkan, beberapa IKM Komponen otomotif yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia telah memiliki jaringan pemasok dari luar negeri, seperti PT Eran Tekniktama yang memiliki jaringan pemasok mesin pembuat masker dari China.
"IKM tersebut berharap dapat mengantongi izin impor mesin dari China untuk proses produksi membuat masker, untuk kemudian hasilnya didonasikan untuk masyarakat," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!