Ilham Habibie Jelaskan Minat Investor Ukraina dan Korsel Garap R80

20 Januari 2018 23:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilham Habibie di Indonesia Ekonomi Forum (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilham Habibie di Indonesia Ekonomi Forum (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pesawat R80 rancangan BJ Habibie diminati oleh investor asal Ukraina, Tucana Engineering. Rencananya, perusahaan yang bergerak di industri aeronautika tersebut siap menggelontorkan dana sebesar Rp 21,6 triliun. Sebelumnya, proyek ini juga dilirik perusahaan Korea Selatan, D-Raon Engineering.
ADVERTISEMENT
Adapun dalam mengembangkan pesawat R80, BJ Habibie bersama putra sulungnya, Ilham Habibie mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT RAI sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat.
Komisaris PT RAI, Ilham Habibie mengatakan, investasi yang digelontorkan kepada pesawat R80 merupakan investasi yang menggunakan skema Risk Sharing Partnership (RSP). Artinya dana investasi yang mengalir tak langsung masuk ke PT RAI.
“Dalam investasi pesawat itu bukan investor, dia kasih uang silakan buat. Yang ada itu RSP. Jadi saya ingin buat barang, investor ikut nimbrung buat,” katanya kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (20/1).
Dia menambahkan dalam skema RSP, investor membuat bagian dari pesawat sesuai dengan desain pesawat R80 dengan dananya sendiri. Kemudian investor mendapatkan kembali dananya ketika pesawat tersebut dijual secara komersial.
ADVERTISEMENT
“Dia dapat uangnya balik melalui penjualan, ini bukan investor finansial kasih uang. Beda sekali tak ada hubungan sama bayangan orang-orang,” paparnya.
Ilham pun menjelaskan, skema RSP digunakan oleh investor untuk berinvestasi di industri pesawat terbang, termasuk Boeing. Dalam pengembangan pesawat yang dibuat Boeing, investor hanya membuat bagian dari pesawat saja.
Spesifikasi pesawat R80. (Foto: regio-aviasi.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Spesifikasi pesawat R80. (Foto: regio-aviasi.co.id)
“Misalnya seperti Boeing kerja sama dengan Jepang. Oke saya buat sayap tapi ongkos pengembangan saya dia tanggung sendiri, dia nanti dapat uang balik dari penjualan produk Boeing karena mana ada investasi matang,” kata Ilham.
Berdasarkan data dari PT RAI, kebutuhan pembuatan prototipe pesawat R80 membutuhkan dana lebih dari Rp 200 miliar. Sedangkan biaya pengembangan usaha membutuhkan dana sekitar Rp 20 triliun, belum termasuk biaya produksi pesawat untuk komersial.
ADVERTISEMENT
Saat ini, progres proyek pembuatan R80 telah memasuki tahap verifikasi kebutuhan dan dokumen teknis maupun bisnis. Setelah tahap itu, PT RAI akan membuat prototipe pesawat R80 untuk kemudian melakukan uji kelaikan oleh Kementerian Perhubungan untuk memperoleh sertifikat sebelum diproduksi massal.
“Doakan saja ya,” ucap Ilham ketika ditanya mengenai jadwal pembuatan prototipe.
Adapun dalam pembuatan pesawat R80, sumber pendanaannya difasilitasi oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) melalui skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA), dan penggalangan dana atau crowd funding melalui situs Kitabisa.com.
Untuk pendanaan melalui PINA, investor asal Ukraina, Tucana Engineering diperkirakan siap menggeluarkan dana sekitar Rp 21,6 triliun, dan investor asal Korea Selatan, D-Raon Engineering disebut juga siap mendanai.
ADVERTISEMENT
Sedangkan penggalangan dana melalui situs kitabisa.com saat ini telah berhasil mengumpulkan Rp 8,09 miliar per 20 Januari 2018. Adapun penggalangan dana masih akan dilakukan hingga 70 hari lagi.