Imbal Hasil Terus Turun, Pemerintah Yakin Investasi Masih Deras

21 Oktober 2019 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan investasi rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan investasi rumah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemerintah meyakini investasi yang masuk ke Indonesia akan terus mengalir, utamanya pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Meskipun imbal hasil (yield) diperkirakan akan terus menurun, mengikuti suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Adapun rata-rata imbal hasil SBN bertenor sepuluh tahun hari ini mencapai 7,269 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan pekan lalu yang sebesar 7,296 persen.
Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) selama September 2019 mencapai 5,25 persen, turun 25 basis poin dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan di Oktober ini, sejumlah analis memprediksi BI akan kembali menurunkan bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengatakan, ke depan imbal hasil akan berada di bawah 7 persen. Hal ini sebenarnya bisa berdampak positif bagi pemerintah, yakni biaya untuk pemerintah akan semakin rendah.
"Di akhir tahun ini bisa tembus di bawah 7 persen, namanya pemerintah yield itu cost buat pemerintah, harapannya lower is better, jadi cost income dari pemerintah jadi lebih murah," ujar Loto di Gedung Dhawa Kemenkeu, Jakarta, Senin (21/10).
Ilustrasi uang dolar Singapura Foto: AFP/Roslan Rahman
Meski imbal hasil menurun, Loto optimistis instrumen SBN masih akan diminati investor. Hal ini didorong oleh rating surat utang Indonesia yang masih 'layak investasi' dari berbagai lembaga keuangan internasional.
ADVERTISEMENT
"Itu orang orang yang memiliki peringkat credit company miliki peringkat credit improve bagi track record yang semakin baik. Jadi risk premium yang diminta investor semakin berkurang," jelasnya.
Hingga akhir tahun ini, Loto masih optimistis target pembiayaan tercapai. Defisit anggaran juga diproyeksi masih sesuai target 1,93 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu per 9 Oktober 2019, penarikan utang melalui SBN secara bruto sudah mencapai Rp 759,22 triliun atau 90,19 persen dari target sebesar Rp 841,78 triliun.
Secara neto, penarikan utang melalui SBN sudah mencapai Rp 354,63 triliun atau 92,88 persen dari target yang mencapai Rp 381,83 triliun.