Imbas Corona ke Erick: Dikontak Bos Inter Milan hingga Takut UEA Cabut

11 Februari 2020 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN, Erick Thohir konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN, Erick Thohir konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Merebaknya virus corona asal China mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Pun hal tersebut diakui oleh Menteri BUMN, Erick Thohir.
ADVERTISEMENT
Bagi Erick, virus corona bagai dua sisi mata pisau. Meski merugikan, namun juga memberi peluang keuntungan.
Berikut pandangan Erick Thohir soal virus corona yang dirangkum kumparan:

Khawatir Uni Emirat Arab Cabut dari RI

Menteri BUMN Erick Thohir khawatir virus mematikan asal China itu akan berdampak pada cabutnya investor asing dari Tanah Air.
Dia mencontohkan, bisa saja komitmen investasi Uni Emirat Arab di Indonesia yang senilai USD 18 miliar dicabut. Hal ini lantaran investor masih wait and see mengenai kondisi Indonesia.
"Investasi yang misalnya kemarin Indonesia dengan Abu Dhabi tandatangan USD 18 miliar, bisa saja berhenti," ujar Erick Thohir di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (10/2).
Bahkan, salah satu proyek tersebut bisa saja tertunda lantaran memakai teknologi dari China.
ADVERTISEMENT
"Bisa saja investasi ini di-hold. Dan salah satu agreement kita dengan Emirates Global Aluminium (EGA) yang salah satunya memakai teknologi China," katanya.
Tak hanya proyek, Erick Thohir pun khawatir virus corona akan berdampak pada persediaan obat-obatan di Indonesia. Apalagi saat ini bahan baku obat kebanyakan berasal dari Negeri Tirai Bambu itu.
"Obat-obatan pun bahan bakunya dari China, 30 persen India, 60 persen China. Kalau bahan baku enggak dikirim, mau buat obat apa?" tambahnya.
Sejumlah penumpang pesawat mengenakan masker di area Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (31/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Penerbangan Garuda Terdampak

Menteri BUMN Erick Thohir meminta maskapai Garuda Indonesia membuat strategi baru untuk mengatasi dampak penghentian sementara penerbangan dari dan ke China akibat wabah virus corona.
"Garuda Indonesia dengan tidak terbang ke China, saya sudah minta kepada Direksi Garuda dan Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin untuk membuat strategi baru," ujar Erick Thohir.
Seorang bpramugari berada di kursi penumpang pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Erick menuturkan, salah satu strateginya dengan memberdayakan pesawat berbadan besar untuk penerbangan domestik, yang sebelumnya menggunakan pesawat berbadan kecil. Hal ini lantaran penerbangan luar negeri dinilai sepi penumpang.
ADVERTISEMENT
"Kemarin yang mau kita lakukan penerbangan dari Singapura ke Labuan Bajo, sekarang hanya mimpi karena di Singapura sendiri tidak ada turis," katanya.

Peluang Bisnis dari Bos Inter Milan

Virus corona begitu berdampak pada perekonomian global. Bahkan sejumlah komoditas saat ini sulit untuk didapatkan, misalnya seperti masker.
Menteri BUMN, Erick Thohir, mengaku dihubungi oleh pemegang saham kendali Inter Milan, Suning Holdings Group pada Senin (10/2) kemarin. Namun kali ini bukan urusan sepak bola, melainkan masker yang sudah langka di China.
Suning Holdings Group merupakan pemilik klub sepak bola Inter Milan, yang berbasis di China. Pada 2016, Suning Holdings Group membeli saham Inter Milan yang dilepas Erick Thohir.
"Hari ini saya ditelepon sama Suning, mau beli 2 juta masker. Tapi jangan sampai kita jual-jual, tapi enggak siap," ujar Erick, Senin (10/2).
ADVERTISEMENT
Menurut Erick Thohir, banyak kesempatan yang bisa diambil oleh Indonesia. Namun hal ini pun tentunya harus didasari oleh kesiapan yang matang. "Kemudian kebutuhan banyak hal juga jadi opportunity, kalau bisa bikin kayak masker," jelasnya.
Masker menjadi salah satu yang langka di dunia akibat mewabahnya virus corona. Di Indonesia, masker N95 yang lazim digunakan petugas medis di rumah sakit, harganya tembus Rp 1,5 juta per box, yang berisi 20 pcs. Ada juga masker jenis 3M yang harganya tembus Rp 3 juta per box.