Imbas Corona, Suku Bunga BI Diprediksi Turun Jadi 4,5 Persen

18 Maret 2020 10:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur selama Maret 2020. Sejumlah ekonom memprediksi bank sentral akan kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps).
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi suku bunga acuan BI akan kembali turun 0,25 persen menjadi 4,5 persen selama bulan ini. Hal ini sejalan dengan tekanan pada perekonomian global maupun domestik akibat mewabahnya virus corona.
"BI diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen pada rapat dewan gubernur bulan ini, mempertimbangkan risiko global yang meningkat, sehingga memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020," ujar Josua kepada kumparan, Rabu (18/3).
Penurunan suku bunga BI dinilai akan sejalan dengan langkah Bank Sentral AS yang juga telah menurunkan bunga acuan atau Fed Fund Rate menjadi 0-0,25 persen. Tak hanya itu, sejumlah bank sentral negara lainnya pun melakukan hal yang sama demi menjaga ekonomi dari tekanan pandemi covid-19.
ADVERTISEMENT
"Beberapa bank sentral di kawasan Asia Pasifik juga turut merespons, bank sentral New Zealand memangkas bunga acuan 75 bps menjadi 0,25 persen, bank sentral Korea memangkas 50 bps menjadi 0,75 persen, hingga bank sentral Tiongkok juga menyuntikkan likuiditas sebesar 100 miliar yuan," jelasnya.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu faktor yang akan dipertimbangkan BI untuk menurunkan suku bunga. Dalam beberapa hari terakhir, rupiah bahkan menyentuh level Rp 15.000 per dolar AS.
"BI perlu menyiapkan bauran kebijakan akomodatif lainnya untuk mendorong ekonomi domestik di tengah perlambatan global tanpa mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah," kata Josua.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ekonom PT Bank Danamon Tbk Wisnu Wardhana juga memproyeksi bunga acuan BI akan kembali turun 25 bps menjadi 4,5 persen di bulan ini. Menurutnya, BI masih memiliki ruang untuk menurunkan bunga acuan di tengah kondisi pasar keuangan yang mengalami tekanan.
ADVERTISEMENT
"Kemungkinan akan turun 25 bps. Perbandingan real interest rate dan covered interest parity terhadap negara lain menunjukkan bahwa level Indonesia saat ini masih memungkinkan untuk melakukan pelonggaran moneter," jelas Wisnu.
Tak hanya itu, faktor Federal Reserve yang menurunkan bunga acuannya hingga 150 bps di bulan ini juga turut mempengaruhi pemangkasan BI 7DRR.
"Serta turunnya harga minyak global semakin memberikan ruang bagi BI untuk menyesuaikan," katanya.
Pada Februari 2020, BI menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 4,75 persen. Suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 basis poin masing-masing menjadi 4,00 persen dan 5,5 persen.
BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi hanya 5,0-5,4 persen, dari semula 5,1-5,5 persen. Revisi ini karena adanya pengaruh covid-19 yang menekan pemulihan ekonomi global, termasuk menekan perekonomian Indonesia, mulai dari sektor pariwisata, perdagangan, hingga investasi.
ADVERTISEMENT