Imbas Lockdown, Penjualan Ritel di China Anjlok 11 Persen di April 2022

16 Mei 2022 18:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pagar hijau menutup pintu masuk ke toko dan unit perumahan di sepanjang jalan di Shanghai, China, Minggu (24/4/2022). Foto: Jacqueline Wong/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pagar hijau menutup pintu masuk ke toko dan unit perumahan di sepanjang jalan di Shanghai, China, Minggu (24/4/2022). Foto: Jacqueline Wong/REUTERS
ADVERTISEMENT
Penjualan ritel dan pabrik China mengalami penurunan yang cukup tajam imbas penerapan langkah karantina atau lockdown pandemi COVID-19. Hal ini juga turut membatasi aktivitas pekerja dan konsumen, serta mengganggu rantai pasokan.
ADVERTISEMENT
Lockdown diterapkan secara penuh dan sebagian pada pusat-pusat utama di seluruh penjuru kota di China pada Maret dan April. Bahkan di Shanghai, lockdown juga menekan produksi perusahaan.
Mengutip Reuters, Senin (16/5), penjualan ritel pada April 2022 anlok 11,1 persen secara tahunan (yoy). Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2020.
Produksi pabrik juga mengalami penurunan 2,9 persen (yoy). Pandemi turut melumpuhkan rantai pasokan dan distribusi barang. Tak hanya itu, tingkat pengangguran di China naik 6,1 persen (yoy), lebih tinggi dari perkiraan.
Adapun output industri di sekitar Delta Sungai Yangtze, yang meliputi Shanghai, turun 14,1 persen pada April 2022. Sedangkan di timur laut China menyusut 16,9 persen. Kedua wilayah ini mengalami penurunan lebih dari 30 persen dalam penjualan ritel.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan penurunan output industri, China juga hanya memproses 11 persen minyak mentah selama bulan lalu. "Pada bulan April, pandemi memiliki dampak yang relatif besar pada ekonomi, tetapi dampak ini bersifat jangka pendek dan eksternal," kata Juru bicara China's statistics bureau, Fu Linghui.
Fu berharap, ekonomi dapat segera membaik di bulan ini, seiring dengan wabah COVID-19 di Jilin, Shanghai dan tempat-tempat lain mulai terkendali.
Seorang pekerja menggunakan masker menyelesaikan produksi kaus kaki di pabrik daerah Deqing Huzhou, Zhejiang, China. Foto: China Daily / via REUTERS
Daya Beli dan Ketenagakerjaan
Data menunjukkan adanya penurunan 22,7 persen (yoy) dalam pendapatan katering pada bulan April, karena layanan makan di luar ditangguhkan pada beberapa provinsi.
Penjualan mobil juga anjlok 47,6 persen (yoy), karena pembuat mobil memangkas produksi di menurunnya penjualan dan kekurangan suku cadang. Penjualan properti mengalami penurunan 46,6 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Para ekonom telah menyerukan pemberian insentif berupa uang tunai dari pemerintah kepada masyarakat China. Sebab, target pertumbuhan ekonomi China tahun 2022 sekitar 5,5 persen terlihat semakin sulit untuk dicapai, apalagi para pejabat mempertahankan kebijakan nol-covid. Ekonomi China tumbuh 4, 8 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Ekonom Shanghai Hwabao To Trust, Nie Wen mengatakan, lockdown yang diperpanjang di Shanghai menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini.
"Masih mungkin untuk mencapai pertumbuhan PDB sekitar 5 persen tahun ini jika pembatasan COVID-19 hanya akan memengaruhi ekonomi pada bulan April dan Mei. Tetapi virusnya sangat menular, dan saya tetap khawatir tentang pertumbuhan ke depan," ungkap Nie.
Nie menuturkan, pihak berwenang akan berhati-hati dalam meluncurkan langkah-langkah kuantitatif seperti pemangkasan suku bunga atau persyaratan cadangan bank untuk memacu ekonomi, mengingat kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan mata uang China yang terdepresiasi masih terjadi,
ADVERTISEMENT
Analis ANZ mengatakan, dampak penguncian Shanghai sangat luas. "Dengan total produktivitas pabrik yang belum mengejar target, pertumbuhan China kemungkinan akan tetap berada di batas bawah kisaran 4,0-5,0 persen dalam beberapa tahun ke depan," tandasnya.