news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 3,2 Persen di 2021

13 Oktober 2021 12:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IMF. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IMF. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi hanya 3,2 persen. Sebelumnya dalam proyeksi Juli lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 3,9 persen di 2021.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan IMF World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2021, perekonomian Indonesia diperkirakan bisa mencapai 5,9 persen di 2022. Angka ini sama seperti proyeksi sebelumnya.
Secara keseluruhan proyeksi ekonomi global juga dipangkas menjadi 5,9 persen di tahun ini, dari edisi Juli 2021 masih diperkirakan sebesar 6 persen.
Penasihat Ekonomi dan Direktur Departemen Riset IMF Gita Gopinath mengatakan, pandemi COVID-19 masih menjadi risiko perekonomian global. Menurutnya, pemulihan ekonomi masih terus berlanjut, meskipun melemah.
Varian Delta juga menjadi risiko baru bagi perekonomian global. Selain itu, kekhawatiran inflasi yang meningkat di sejumlah negara juga menjadi tantangan dan risiko baru bagi perekonomian.
"Proyeksi ekonomi di kelompok negara berkembang dan berpenghasilan rendah menjadi sangat gelap, karena memburuknya kondisi pandemi," ujar Gopinath seperti dikutip kumparan dari WEO Oktober 2021, Rabu (13/10).
ADVERTISEMENT
Gopinath melanjutkan, perbedaan ekonomi antara negara maju, berkembang, dan miskin ini juga dipengaruhi oleh kesenjangan pasokan vaksin COVID-19. Saat ini, hampir 60 persen penduduk ekonomi maju sudah divaksin, bahkan beberapa di antaranya juga sudah menerima suntikan booster. Sementara itu, 96 persen dari populasi negara berpenghasilan rendah belum menerima vaksin.
"Untuk negara berkembang, kini menghadapi kondisi pembiayaan yang lebih ketat dan risiko yang lebih besar untuk menghadapi gejolak inflasi," tambahnya.