INDEF Kritik Belanja Pemerintah Turun saat Ekonomi Kuartal II Tumbuh 5,44 Persen

7 Agustus 2022 14:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (1/5). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (1/5). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melihat ada catatan kritis di balik impresifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,44 persen di kuartal II 2022. Di saat pertumbuhan itu, tingkat konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar 5,24 persen.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad merasa pertumbuhan negatif dari belanja tersebut menunjukkan kinerja pemerintah masih belum maksimal.
"Hari ini kita dapat satu hal yang cukup tragis bahwa belanja pemerintah justru mengalami negatif. Dan ini saya kira jadi catatan penting, ketika negatif tenyata bahwa belanja modal dan belanja barang mengalami kontraksi yang cukup dalam dan ini sebabkan kenapa peran pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi bahkan menjadi negatif," kata Tauhid saat konferensi pers Evaluasi Kinerja Ekonomi Triwulan II 2022, Minggu (7/8).
Selain itu, Tauhid melihat kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah tidak cukup cermat dan kurang serius untuk mendorong peran anggaran negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Dan ini sangat disedihkan dan seolah-olah bahwa ekonomi kita ini bekerja katakakan lah bisa bekerja sendiri tanpa peran pemerintah yang cukup signifikan," ujar Tauhid.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Tauhid mengatakan pemerintah berperan dalam kebijakan-kebijakan seperti melonggarkan mobilitas sosial masyarakat untuk mudik lebaran. "Sehingga kelihatan kalau dilihat dari sisi sektor transportasi dan pergudangan tumbuhnya cukup tinggi," ungkap Tauhid.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2022 adalah dari sisi konsumsi rumah tangga, terutama didukung momentum Idul Fitri. Pertumbuhannya mencapai 5,51 persen dan distribusi 51,47 persen.
"Konsumsi rumah tangga jadi sumber tertinggi dari PDB menurut pengeluaran. Tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh adanya momen Idul Fitri," jelas Margo.