INDEF Minta Pemerintah Maksimalkan Pasar Domestik Usai PMI Manufaktur Turun

2 November 2022 17:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tenaga kerja manufaktur. Foto: Adek Berry/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tenaga kerja manufaktur. Foto: Adek Berry/AFP
ADVERTISEMENT
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meminta pemerintah memaksimalkan pasar domestik untuk mengatasi Purchasing Managers‘ Index (PMI) manufaktur yang turun pada Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
Kemenperin mencatat PMI manufaktur Indonesia di level 51,8 pada Oktober 2022. Pada bulan sebelumnya, angka PMI manufaktur berada di 53,7.
Pengamat Ekonomi INDEF, Dzulfian Syafrian, mengatakan penurunan tersebut berkaitan dengan kemampuan daya beli global yang turun. Sehingga permintaan manufaktur nasional juga ikut terdampak.
“Kenaikan harga bahan baku jadi faktor yang cukup besar, penyebabnya permintaan manufaktur global turun, sehingga PMI ikut turun. Hal ini sangat berdampak pada sisi permintaan ekspor pasar tradisional, AS, Eropa, dan Jepang,” kata Dzulfian saat dihubungi kumparan, Rabu (2/11).
Menurutnya, antisipasi terbaik untuk menjawab permasalah tersebut adalah dengan relaksasi perpajakan dari segi domestik. Relaksasi itu diharapkan dapat memutar kembali laju manufaktur Indonesia menjadi surplus karena konsumsi nasional meningkat.
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) perusahaan manufaktur komponen otomotif. Foto: DRMA
“Salah kalau kita terus mengharapkan ekspor, pasar domestik harus jadi tumpuan harapan manufaktur sekarang, mengingat daya beli internasional lesu. Relaksasi PPN bisa jadi jawaban, misal dikurangi dari 11 persen menjadi 7 sampai 8 persen, agar masyarakat tidak menahan belanja,” tutur Dzulfian.
ADVERTISEMENT
Dzulfian memprediksi akan terjadi peningkatan kembali pada sektor manufaktur, karena roda perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada kondisi pasar internasional. Namun, ia menggarisbawahi diperlukan perhatian khusus pemerintah untuk pasar domestik agar peningkatan sektor manufaktur dapat terjadi.
Senada, Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan manufaktur Indonesia dapat kembali bangkit kembali. Terutama jika ekspor dialihkan ke negara-negara ASEAN yang mengalami pertumbuhan ekonomi cukup tinggi.
“Jika pemerintah masih fokus ke ekspor, berarti sasaran ekspor manufaktur kita harus tepat. Seperti Filipina, Vietnam misalnya, yang growth-nya mencapai 7 persen kuartal II kemarin, jika demikian koreksi terhadap PMI masih bisa terjadi,” kata Bhima.