news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Indef: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5 Persen di 2021 Terlalu Optimistis

23 Desember 2020 17:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan gedung bertingkat di kawasan Petamburan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Deretan gedung bertingkat di kawasan Petamburan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai ekonomi di tahun depan masih akan terkoreksi, meski ada arah perbaikan. Target yang dipasang Menteri Keuangan Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi di 2021 bisa 5 persen dinilai terlalu optimistis.
ADVERTISEMENT
Ekonom Indef, Enny Sri Hartati, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan negatif hingga kuartal I 2021. Hal ini berbanding terbalik dengan prediksi tiga bulan pertama di 2021 bisa positif sebesar 4,5 sampai dengan 5,5 persen.
"Kalau enggak ada accident di tengah jalan seperti tsunami politik, di kuartal II 2021 baru akan ada laju pertumbuhan ekonomi positif. Jadi kalau 2021 prediksinya 4 dan 5 persen terlalu optimistis," kata dia dalam Diskusi Indef 'Vaksin Datang, Ekonomi Melaju Kencang?', Rabu (23/12).
Enny menjelaskan, ekonomi Indonesia masih akan terkoreksi jika daya beli masyarakat masih belum terdongkrak. Sedangkan satu-satunya cara efektif membangkitkan konsumsi masyarakat dengan memperkerjakan lagi orang-orang yang terkena PHK di masa pandemi.
Adapun bantuan sosial baik berupa barang atau uang tunai dari pemerintah sifatnya hanya sementara, tidak akan kuat untuk mendorong daya beli masyarakat yang tertekan karena hilangnya pendapatan mereka.
ADVERTISEMENT
"Untuk memulihkan ini berapa pun anggaran tambahan perlindungan sosial, enggak akan mungkin memadai. Apalagi perlindungan sosial di 2021 enggak mungkin lebih besar dari 2020. Sehingga saya yakin cukup berat pertumbuhan ekonomi kita membaik," ujar Enny.
Ekonom Indef yang lain, Tauhid Ahmad, juga menilai ekonomi Indonesia belum akan langsung pulih. Perlu ada kerja keras dari pemerintah bisa mendongkrak ekonomi nasional menuju positif.
Sri Mulyani dan Jokowi Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Dia mengatakan, beberapa indikator ekonomi nasional masih menunjukkan tekanan yang berat hingga akhir November 2020. Misalnya, inflasi 1,59 persen secara tahunan yang jauh dari target APBN 2020 sebesar 3 persen.
"Karena ini disebabkan daya beli masyarakat yang rendah maka ini memiliki dampak yang cukup buruk bagi perekonomian," ujarnya.
Dia juga menilai pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan sulit untuk berlari ke 5 persen. Pasalnya, ekonomi nasional di tahun ini cukup tertekan dalam hingga akhir tahun ini diprediksi minus 2,2 persen hingga positif 1,7 persen dari prediksi 5,3 persen sebelum pandemi seperti yang diungkapkan Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Sependapat dengan Enny, perlindungan sosial yang diberikan pemerintah tidak cukup efektif menopang daya beli masyarakat. Sedangkan keberadaan vaksin yang akan disuntikkan tahun depan diprediksi masih memberikan ketidakpastian seperti distribusinya.
"Saya kira berat tahun depan 5 persen butuh effort yang luar biasa dan tidak mungkin. Kemungkinan terburuknya kita di situasi kegelapan yang cukup lama untuk itu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sangat sulit di atas 3 persen," kata Tauhid.