INDEF: Separuh Masyarakat Indonesia Belum Terliterasi Keuangan

3 Desember 2020 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Selama 9 tahun OJK berdiri, literasi dan inklusi keuangan memang menunjukkan peningkatan. Hal tersebut tercermin dari indeks literasi yang meningkat dari 21 persen di 2013 menjadi hampir 41 persen di 2020. Demikian juga dengan indeks inklusi keuangan yang kini sudah mencapai 75 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, Ekonom Indef Eko Listiyanto menyatakan, angka tersebut belum cukup baik. Artinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah dan OJK untuk mendorong inklusi dan literasi keuangan.
“Ini butuh perjuangan yang panjang. Berarti hampir separuh masyarakat Indonesia belum terliterasi. Kira-kira begitu kan kalau dibaca berkebalikan. Kalau hanya 40 persen berarti masih banyak yang belum memahami sektor keuangan,” ujar Eko dalam Webinar Menakar 9 Tahun OJK dalam Menjaga Inklusi Jasa Keuangan Indonesia, Kamis (3/12).
Menurut Eko, ada banyak tantangan untuk membenahi tingkat inklusi dan literasi keuangan. Jika dilihat berdasarkan sektornya, maka masih terlihat ketimpangan yang jelas misalnya antara literasi perbankan dengan literasi pasar modal. Artinya masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sektor perbankan ketimbang pasar modal.
Petugas BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Peunayong, Banda Aceh. Foto: BNI Syariah
Berdasarkan data OJK tahun 2019, literasi masyarakat tentang sektor perbankan tercatat 36,12 persen. Sedangkan literasi masyarakat tentang pasar modal hanya 4,92 persen. Begitu juga literasi tentang lembaga keuangan mikro hanya 0,85 persen, pegadaian 17,81 persen dan asuransi 19,40 persen.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang sama juga terjadi pada inklusi keuangan. Berdasarkan data OJK, inklusi masyarakat tentang perbankan tercatat sebesar 73 persen. Sementara inklusi masyarakat tentang pasar modal hanya 1,5 persen. “Ini tantangan pertama di mana antar sektor masih timpang baik inklusi maupun literasi,” ujarnya.
Untuk itu Eko menilai ketimpangan literasi dan inklusi antar sektor tersebut harus diatasi. “Sehingga ke depan bagaimana kita dorong idealnya angka ini sama tinggi. Kita perlu melakukan upaya bagaimana literasi dan inklusi ke depan tidak hanya tentang perbankan tapi juga asuransi, pasar modal. Juga sektor yang lain seperti pegadaian, pembiayaan dan lainnya,” tandasnya.