news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Indeks Manufaktur Anjlok di Juli, Bakal Berlanjut hingga Akhir Tahun?

4 Agustus 2021 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Dua perempuan pekerja industri tekstil Indonesia. Masalah utama industri TPT bukan kurangnya insentif, melainkan impor yang tidak dikontrol. Foto: Khairul Effendi/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Dua perempuan pekerja industri tekstil Indonesia. Masalah utama industri TPT bukan kurangnya insentif, melainkan impor yang tidak dikontrol. Foto: Khairul Effendi/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perpanjangan PPKM Level 4 berdampak pada Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia. PMI Manufaktur Indonesia turun ke angka 40,1 di Juli 2021.
ADVERTISEMENT
Kontraksi di sektor manufaktur ini diprediksi akan terus berlanjut. Terlebih jika pembatasan terus diperpanjang.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memproyeksi PMI manufaktur Indonesia masih akan turun di level 40. Kondisi ini terjadi bila pembatasan terus dilakukan yang akhirnya menyebabkan permintaan produk industri menurun.
"Kisaran 40-an. Selama masih ada restriksi terhadap mobilitas dan kegiatan sosial, permintaan terhadap produk-produk industri juga berkurang, jadi PMI sangat mungkin masih kontraksi di bulan Agustus," ujar Faisal saat dihubungi kumparan, Rabu (4/8).
Namun menurutnya, hal ini tak berdampak pada semua industri. Dia menilai industri manufaktur yang berorientasi pada ekspor masih tumbuh positif, begitu juga industri farmasi.
Hal yang sama juga disampaikan Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira. Menurutnya kontraksi manufaktur tergantung pada kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
Kondisi ini juga akan terus terjadi di bulan-bulan ke depan. Jika ada pembatasan berkepanjangan, maka industri manufaktur akan menurun.
ADVERTISEMENT
"Proyeksi di bulan Agustus bergantung dari kapan pelonggaran PPKM dilakukan. Jika PPKM diperpanjang sampai akhir Agustus dan kasus harian secara nasional masih meningkat maka produksi manufaktur akan terganggu. Industri pun melihat perkembangan konsumsi dalam negeri sebagai indikator utama pembelian bahan baku dan barang modal (mesin industri)," jelasnya.
Indeks manufaktur ini juga akan mempengaruhi kondisi ekspor Indonesia. Menurutnya kinerja ekspor di Agustus bergantung pada kinerja manufaktur yang melambat.
"Bagi industri yang berorientasi ekspor memang masih ada harapan tapi perlu diperhatikan gangguan pasokan juga terjadi akibat pembatasan sosial kembali yang dilakukan negara mitra dagang. Vietnam PMI-nya pun ikut turun di Juli," jelasnya.
"Kinerja ekspor Agustus juga sangat bergantung pada kinerja manufaktur yang melambat, apalagi kontribusi produk industri terhadap total ekspor berada di atas 79 persen. Pasti ada dampaknya ke surplus dagang sepanjang kuartal ke III," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad juga memproyeksi PMI manufaktur Indonesia masih akan turun. Pasalnya kegiatan ekonomi terhambat akibat pembatasan.
"Saya kira masih (akan kontraksi), karena kan masih sebagai industri malah berkurang. Permintaan dalam negeri kan menurun karena banyak katakanlah aktivitas ekonomi terhenti karena PPKM ini," pungkasnya.