Indeks Manufaktur RI Turun di Oktober 2022, Tanda Ekonomi Mulai Lesu?
ADVERTISEMENT
Indeks manufaktur Indonesia tercatat menurun pada Oktober 2022. Kementerian Perindustrian (Kemenperin ) mencatat Purchasing Managers‘ Index (PMI) manufaktur Indonesia di level 51,8 pada Oktober 2022. Sektor manufaktur sebelumnya tercatat mengalami kenaikan selama 14 bulan berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin ) Agus Gumiwang mengeklaim sektor manufaktur masih menunjukkan pemulihan, kendati menurun dibanding bulan sebelumnya yang berada di level 53,7.
"Terakhir hari ini kita dapat laporan 51,8 dan kita masih jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata PMI yang ada di negara ASEAN," ujar Agus Gumiwang Kartasasmita di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (1/11).
Turunnya PMI manufaktur Indonesia mengancam terjadinya badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK ) di sektor manufaktur dan tekstil. Pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional saat ini juga sudah terdampak oleh gelombang resesi ekonomi global. Pasalnya, mereka terkena efek domino pelemahan daya beli di pasar tujuan ekspor .
Hal tersebut dibenarkan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja. Dia mengaku pengurangan jam kerja sudah mulai diberlakukan. Waktu bekerja buruh dikurangi hingga mencapai 30 persen.
ADVERTISEMENT
"Pengurangan jam kerja sudah terjadi yang berimbas ke hulu," ujar Jemmy kepada kumparan, Selasa (25/10).
Menurut dia, hal itu akan terus berlanjut lantaran penjualan tekstil anjlok cukup tajam baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. "Market dalam negeri diperparah oleh product import akibat negara eksportir tekstil mencari market baru akibat pelemahan global," ungkapnya.
Ditemui terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta Kamdani menyebut sektor padat karya cukup rawan mengalami badai PHK.
"Padat karya sudah sulit ya. Jadi padat karya untuk dipertahankan sudah sulit," kata Shinta di Hotel JW Marriott, Jakarta, Selasa (25/10).
Shinta menjelaskan, sektor padat karya mengalami penurunan permintaan yang sangat signifikan. Sehingga, perusahaan melakukan efisiensi karyawan besar-besaran.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Stafsus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo memastikan perekonomian Indonesia masih kuat. Hal ini dilihat dari sisi fiskal, yakni APBN yang masih surplus Rp 60,9 triliun per September 2022. Namun, Prastowo juga memastikan pemerintah tetap waspada terhadap ketidakpastian global yang terjadi.
"Kalau dikaitkan dengan APBN 2023, ini semacam simbol kebijakan fiskal kita jelas, kita ambil tagline optimistis dan waspada," jelasnya.
"Kami harap masyarakat tetap tenang, enggak perlu khawatir ditakut-takuti cash is the king, lunasi utang dan sebagainya, jangan beli properti, enggak perlu. Masyarakat waspada tapi harus tetap optimistis, kuncinya kerja sama," tambahnya.