Indonesia Akan Resesi, Bank Dunia Pangkas Ekonomi RI Jadi Minus 2 Persen di 2020

29 September 2020 9:44 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung perkantoran di Jakarta. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Gedung perkantoran di Jakarta. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah Sri Mulyani memastikan ekonomi Indonesia akan minus di kuartal III 2020 sehingga tak bisa terhindar dari resesi, kali ini Bank Dunia merevisi proyeksi ekonomi Indonesia sepanjang 2020.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Bank Dunia, ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan terkontraksi atau minus antara 1,6 persen hingga minus 2,0 persen.
Proyeksi tersebut menurun dibandingkan pada Juni 2020, yang memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh positif 0 persen.
Penurunan ekonomi imbas dari pandemi COVID-19, yang menyebabkan aktivitas ekonomi jauh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini pun terjadi di berbagai negara di seluruh dunia yang terjangkit virus corona.
"COVID-19 akan mengakibatkan dampak berkepanjangan pada angka pertumbuhan inklusif untuk jangka yang lebih panjang dengan mencederai investasi, modal manusia, dan produktivitas," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Matoo, dalam konferensi pers daring, Selasa (29/9).
Sebelumnya, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi di kuartal III minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Pada kuartal II, ekonomi Indonesia minus 5,3 2 persen. Dengan demikian Indonesia akan mengalami resesi karena minus selama dua kuartal berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Adapun sepanjang tahun ini, pemerintah memprediksi ekonomi Indonesia minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
Meski tahun ini terkontraksi, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia akan kembali pulih di tahun depan. Ekonomi diperkirakan tumbuh positif 3,0 persen hingga 4,4 persen.
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
Matoo memberikan beberapa rekomendasi agar pemulihan ekonomi bisa berjalan dengan baik. Menurut dia, pemerintah perlu meningkatkan kapasitas pencegahan penyebaran virus corona.
Di saat yang bersamaan, kerja sama internasional juga perlu dilakukan untuk pengembangan vaksin corona dan menyiapkan pendistribusiannya secara efisien dan adil.
Selanjutnya, Bank Dunia memberikan rekomendasi agar pemerintah mulai melakukan reformasi fiskal. Belanja pemerintah yang besar selama pandemi ini akan memperlebar defisit dan meningkatkan utang.
Perlindungan sosial memiliki peranan penting untuk saat ini. Menurut Matoo, perlindungan sosial memberikan tiga peranan sekaligus, yakni memitigasi dampak langsung dari krisis, membantu para pekerja yang terdampak corona, hingga mencegah terjadinya penurunan jangka panjang pada modal manusia.
ADVERTISEMENT
"Terakhir, negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik perlu memperkuat reformasi di bidang perdagangan, terutama sektor layanan yang masih diberikan perlindungan, sektor keuangan, transportasi, komunikasi," ujarnya.