Indonesia Butuh Hampir 800 Ribu Ton Baterai Lithium untuk Kendaraan Listrik

20 Mei 2021 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengisi daya sepeda motor listriknya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengisi daya sepeda motor listriknya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyebut Indonesia perlu hampir 800 ribu ton baterai lithium untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan itu berdasarkan target pemerintah yang ingin ada 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik mengaspal di Indonesia pada 2030 mendatang.
Kementerian ESDM menargetkan pada tahun 2030 mendatang, akan ada 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik. Dadan mengatakan kapasitas baterai yang diperlukan untuk kendaraan listrik tersebut sebesar 113 juta kilowatt hour (kWh).
"Kapasitas baterai sebesar 113 juta kilowatt hour (kWh) atau butuh 758 ribu ton lithium ini kebutuhan mobil dan motor listrik," kata Dadan dalam diskusi Peluang dan Tantangan Pengembangan Ekosistem Battery, Electric Vehicle, dan Solar PV Rooftop secara virtual, Kamis (20/5).
Dadan mengatakan target tersebut disusun berdasarkan grand strategi nasional. Kebutuhan baterai tersebut belum termasuk dengan kebutuhan untuk pembangkit.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, regulasi untuk mendukung ekosistem ini sudah siap. Salah satunya UU No 3 Tahun 2020 mengenai ketentuan peningkatan nilai tambah untuk mineral logam.
Lalu, Permen ESDM No 11 Tahun 2020 mengenai harga patokan mineral logam, Permen ESDM No 11 tahun 2019 mengenai pengendalian ekspor nikel, dan Permen ESDM No 25 Tahun 2018 mengenai batasan minimum pengolahan dan pemurnian nikel.
Jasa Marga siapkan fasilitas SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di Rest Area Tol Trans Jawa. Foto: Jasa Marga
"Ini dimaksudkan dorong ekosistem produksi baterai di dalam negeri," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT Inalum (Persero), Agus Tjahajana Wirakusumah, mengatakan dengan banyaknya sumber daya nikel di perut bumi, Indonesia akan menjadikan Indonesia sebagai produsen katoda nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Sebagai induk holding BUMN tambang, Inalum sudah membentuk perusahaan bernama Indonesia Battery Corporation (IBC) bekerja sama dengan PT Antam Tbk (Persero), PT Pertamina (Persero), CATL dari China, dan LG Chem dari Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
"Indonesia akan jadi pemasok utama katoda untuk baterai ini. Kebutuhannya 1.000 gWh lebih, dan kita paling akan mampu supply 140 gWh. Itu pun kalau berhasil. Tapi materialnya luar biasa karena ada paling tidak sudah ada lima perusahaan yang mau membuatnya," ujar dia.