Indonesia Butuh Rp 4.000 T untuk Capai Target Pengurangan Emisi 2030

11 Mei 2022 16:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PLTU. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTU. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia telah menetapkan Nationally Determined Contribution (NDC), di mana Indonesia menargetkan pengurangan emisi 29 persen atau 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong mengungkapkan untuk mengurangi emisi sebanyak 29 persen di 2030 setidaknya dibutuhkan dana sebesar Rp 4.000 triliun.
“Target NDC kita kan mengurangi 29 persen di 2030, ekuivalensinya 864 juta CO2 ekuivalen. Dan itu butuh investasi yang besar Rp 3.000 sampai Rp 4.000 triliun yang dibutuhkan untuk itu,” kata Alue saat ditemui di Bidakara Hotel, Jakarta, Rabu (11/5).
Alue menjelaskan, dalam mengejar target tersebut pihaknya telah membuat skema, salah satunya mengembangkan sistem registrasi nasional. Dia menjelaskan, semua kegiatan inisiatif pengurangan emisi karbon baik sektor kehutanan, tata guna lahan, energi, sampah dan limbah hingga pertanian akan diregistrasi melalui sistem tersebut.
“Kemudian nanti ada MRV nya, Monitoring Reporting and Verification system nya. Supaya kita menghitung, menilai berapa emisi yang dikurangi. Sehingga itu bagian dari laporan progres mencapai NDC kita,” jelas dia.
Wakil Menteri LHK Alue Dohong saat konferensi pers KLHK soal upaya pemerintah dalam rehabilitasi mangrove untuk mempertahankan kestabilan bentang alam pesisir dan dalam rangka penguatan green economy, Senin, (11/10). Foto: Dok. KLHK
Menurut Alue, monitoring dan pelaporan melalui sistem tersebut sangat penting. Mengingat diberlakukannya insentif atas pengurangan emisi karbon. “Dengan adanya pengurangan emisi, kita bisa menjual certified efficient reduction di pasar karbon,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensial karbon yang cukup besar. Sehingga bila dapat mencapai target pengurangan karbon sesuai NDC, menurutnya dapat berpotensi dijual ke pasar karbon global.
Dia mencontohkan lahan gambut yang memiliki potensi 40 Gigaton karbon. Belum lagi lahan mangrove dan hutan lainnya yang dimiliki Indonesia.
“Ini kan potensi karbon yang tersimpan, kalau dia terbakar,kalau jadi asap mengeluarkan emisi CO2, ratusan juta ton bisa keluar. Kalau ini bisa kita cegah berarti kan kita bisa mencegah emisi. Kemampuan kita mencegah ini bisa di-certified nanti ke depan. Nah ini yang bisa ditransaksikan,” pungkasnya.