Indonesia Dipastikan Resesi, Kadin Sebut Ada 5 Juta Pengangguran Baru

24 September 2020 12:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua KADIN Rosan P. Roeslani (kedua kiri) di Jakarta, Selasa (5/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua KADIN Rosan P. Roeslani (kedua kiri) di Jakarta, Selasa (5/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III akan kembali mencatatkan kontraksi alias minus hingga 2,9 persen, sehingga kemungkinan Indonesia masuk ke jurang resesi semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Selama tahun ini, pemerintah memproyeksi ekonomi minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Padahal sebelumnya ekonomi diperkirakan masih bisa positif 0,2 persen di tahun ini.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, resesi akan membuat jumlah pengangguran di Indonesia meningkat hingga 5 juta orang.
"Pertumbuhan ekonomi di minus 1,7 persen dan 0,6 persen akan meningkatkan kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Sekarang jumlah pengangguran kurang lebih 7 juta orang, dan akan bertambah lebih dari 5 juta," ujar Rosan dalam webinar ILUNI UI, Kamis (24/9).
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, setiap tahunnya di Indonesia ada tambahan 2,24 juta orang yang membutuhkan lapangan kerja baru.
Infografik dalam Bayang-Bayang Resesi. Foto: Hod Susanto/kumparan
Selain itu, saat ini ada 8,14 juta orang yang setengah menganggur dan 28,41 juta orang pekerja paruh waktu. Dengan demikian, setidaknya ada 46,3 juta orang yang tidak bekerja secara penuh di tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Atau 33,59 persen, angka ini cukup baru, dan dari data Kemenkeu, akan ada tambahan 4 juta hingga 5 juta pengangguran akibat COVID-19," jelasnya.
Rosan pun menyoroti kinerja sektor-sektor industri di Indonesia yang berkontribusi terhadap minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut dia, sektor perdagangan dan pengolahan sebagai dua sektor dengan jumlah tenaga kerja yang besar kinerjanya tercatat kontraksi sebesar minus 7,57 persen dan minus 6,19 persen di kuartal II 2020.
Sektor akomodasi dan makanan minuman akan mengalami kontraksi 22,02 persen serta industri transportasi hingga minus 30,84 persen.
"Makanan dan minuman mengalami kontraksi besar, tekanan terhadap tenaga kerja sangat besar, oleh karena itu langkah-langkah ke depan dalam penciptaan lapangan kerja menjadi penting ke depannya," tambahnya.
ADVERTISEMENT