Indonesia Harus Manfaatkan Peluang di Tengah Perang Dagang AS-China

25 Agustus 2019 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memanas diprediksi akan terus berlanjut. Kondisi tersebut memicu gejolak dan ketidakpastian ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari Leiden University, David Henley, menilai dalam situasi tersebut negara berkembang termasuk Indonesia bisa memanfaatkannya untuk menggenjot ekspor. Apalagi, Indonesia saat ini terbelit dalam masalah defisit neraca perdagangan.
"Saat ini, banyak negara berkembang membenahi ekonominya agar mendapatkan tempat spesial bagi Amerika atau China," kata David dalam diskusi "ASEAN di Antara Perang Dagang Amerika Serikat dan China" di ITS Tower, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (25/8).
David mengharapkan Indonesia tidak mau kalah dalam memanfaatkan perang dagang. Sebab, kata David, tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa meningkatkan perekonomian karena hubungan baik dengan AS dan China.
"Indonesia tentunya tidak boleh melewatkan kesempatan tersebut dan harus bisa menjadi good partner bagi kedua pihak," ujar David.
Kapal tunda melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Untuk mewujudkan hal itu, David menilai harus ada koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dia mengatakan dengan koordinasi yang baik maka regulasi juga akan lancar.
ADVERTISEMENT
Senada dengan David, Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Didik Rachbini, meminta pemerintah bisa memperbaiki sektor perekonomiannya.
Sebab, kata Didik, perang dagang antara AS dan China belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
Didik juga menyoroti posisi Indonesia dalam menghadapi perang dagang antara kedua negara itu. Menurutnya, posisi Indonesia seharusnya tidak memihak. Namun, ia tidak menampik sejauh ini pemerintah termasuk politisi Indonesia condong ke China.
"Secara normatif Indonesia bebas aktif atau netral," tutur Didik.