Industri Asuransi Diproyeksi Moncer di 2024, Inklusi & Literasi Jadi Tantangan

16 Februari 2024 7:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asuransi. Foto: thodonal88/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asuransi. Foto: thodonal88/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Industri asuransi diprediksi kembali menguat di tahun ini. Adanya aturan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai asuransi dinilai bisa membuat sektor ini kembali tumbuh di 2024.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data OJK, akumulasi pendapatan premi di sektor asuransi komersial pada tahun 2023 mencapai Rp 320,88 triliun. Sektor asuransi komersial yang meliputi asuransi jiwa, asuransi umum, dan reasuransi ini menutup tahun 2023 dengan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 3,02 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menjelaskan sejumlah tantangan dan peluang industri asuransi tahun ini. Salah satunya adalah tingkat literasi dan inklusi keuangan asuransi yang masih rendah. Adapun tingkat literasi dan inklusi asuransi masing-masing sebesar 31,7 persen dan 16,6 persen pada 2022.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG AAJI, Fauzi Arfan, mengatakan asosiasi berharap tingkat literasi dan asuransi di Indonesia bisa meningkat pada 2024. Terlebih tingkat literasi dan inklusi di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
“Menariknya di industri asuransi jiwa literasi lebih jauh tinggi dibandingkan dengan inklusinya. Tapi ini positif menunjukkan orang yang membeli itu, most of them memiliki literasi yang baik. Kami juga berharap gap antara literasi dan inklusi itu semakin mengecil,” ungkap Fauzi dalam webinar Insurance Outlook 2024, Kamis (15/2).
Perusahaan asuransi jiwa, pendidikan, dan hingga kesehatan, Sun Life Indonesia, juga mendorong penetrasi pasar asuransi di Indonesia. Salah satunya dengan menambah Kantor Pemasaran Mandiri (KPM) di Surabaya.
Chief Agency Officer Sun Life Indonesia, Shierly Ge, mengatakan bahwa hal tersebut untuk memberikan kemudahan akses dan layanan asuransi yang lebih luas lagi bagi para tenaga pemasar serta nasabah.
"Sebagai respons terhadap permintaan yang meningkat, kami terus menambah jumlah tenaga pemasar di Surabaya dan mengembangkan inovasi produk yang komprehensif untuk memastikan bahwa setiap individu bisa mendapatkan akses mudah, pelayanan, serta solusi perlindungan yang berkualitas dari Sun Life Indonesia," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun tingkat inklusi keuangan di Jawa Timur pada 2022 mencapai 92,99 persen, melebihi rata-rata nasional sebesar 85,10 persen. Begitu juga dengan tingkat literasi keuangan di Jawa Timur pada 2022 sebesar 55,33 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 49,68 persen.
"Tingginya tingkat literasi dan inklusi keuangan di Surabaya menandakan bahwa masyarakat di Jawa Timur memiliki kebutuhan dan kesiapan yang tinggi akan solusi keuangan yang dapat memberikan perlindungan dan stabilitas masa depan," kata Shierly.
Agency Director sekaligus pemilik KPM Surabaya Gubeng, Wirasto Koesdiantoro, menjelaskan bahwa pembukaan kantor di wilayah tersebut juga untuk membantu masyarakat mencapai kemapanan finansial yang berkelanjutan. Selain itu juga turut mendorong pemerataan inklusi dan literasi keuangan di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
“Para tenaga pemasar Sun Life Indonesia memegang peranan penting dalam mewujudkan strategi bisnis kami untuk memperkuat kehadiran kami di seluruh jalur distribusi, termasuk distribusi keagenan," tuturnya.
Secara umum berdasarkan data OJK, industri perasuransian masih mencatat rasio solvabilitas (risk based capital/RBC) di atas threshold 120 persen.
Permodalan di industri asuransi juga menguat, dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan Risk Based Capital (RBC) masing-masing sebesar 458,01 persen dan 362,21 persen.
OJK juga sudah membuat Peta Jalan Perasuransian Indonesia pada 2023—2027. Pertama, penguatan ketahanan dan daya saing industri perasuransian. Kedua, pengembangan elemen-elemen dalam ekosistem industri perasuransian.
Ketiga, akselerasi transformasi digital industri perasuransian. Keempat, penguatan pengaturan, pengawasan, dan perizinan. Keempat hal tersebut diharapkan dapat memperkuat industri asuransi.
ADVERTISEMENT