Inflasi Juli Capai 0,08 Persen, Disumbang Kenaikan Harga Obat-obatan

2 Agustus 2021 11:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi Sidak ke Apotek, Bogor 23 Juli 2021. Foto: Instagram.com/jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi Sidak ke Apotek, Bogor 23 Juli 2021. Foto: Instagram.com/jokowi
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi selama Juli 2021 mencapai 0,08 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 1,52 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi 0,16 persen (mtm) maupun dibandingkan periode yang sama tahun lalu deflasi 0,10 persen (mtm).
ADVERTISEMENT
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, dari 90 kota indeks harga konsumen yang dipantau BPS, 61 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong 1,51 persen dan deflasi tertinggi terjadi di Manokwari -0,60 persen.
“Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada bulan Juli 2021 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen,” ujar Margo saat konferensi pers virtual, Senin (2/8). Artinya terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen atau IHK dari 106,46 pada Juni 2021 menjadi 106,54 pada Juli 2021. Dengan demikian tingkat inflasi kalender dari Januari sampai Juli 2021 tercatat sebesar 0,81 persen.
Secara rinci, komponen makanan, minuman dan tembakau memberikan andil inflasi tertinggi yakni 0,04 persen. Disusul komponen perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen serta perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga juga 0,01 persen. Termasuk juga kesehatan dan pendidikan masing-masing memberikan andil 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, inflasi inti di bulan lalu mencapai 0,07 persen dan andilnya sebesar 0,05 persen. Harga yang diatur pemerintah memiliki inflasi 0,05 persen dan andilnya ke inflasi 0,01 persen, serta inflasi bergejolak mencapai 0,14 persen dan memberikan andil ke inflasi 0,02 persen.
Untuk inflasi inti, komponennya disumbang oleh obat dan resep yang memberikan andil 0,03 persen, sabun detergen 0,02 persen, sabun mandi cair, deodoran, dan obat gosok masing-masing memberikan andil 0,01 persen. Sementara yang menghambat adalah emas dan perhiasan dengan andil 0,01 persen.
Sementara untuk harga yang diatur pemerintah didorong oleh rokok kretek filter yang memiliki andil 0,01 persen.
Sedangkan untuk harga bergejolak, disumbang oleh cabai rawit dengan andil ke inflasi 0,03 persen, tomat 0,01 persen, cabai merah 0,01 persen, bawang merah 0,01 persen, sawi dan tahu mentah 0,01.
ADVERTISEMENT
“Sedangkan komoditas yang menghambat inflasi pada harga bergejolak adalah daging ayam ras 0,04 persen, telur ayam ras 0,01 persen dan beras 0,01 persen,” tandasnya.