Ingin Anak Kuliah di Stanford, Konglomerat China Ini Kucurkan Rp 92 M

3 Mei 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mahasiswa China. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa China. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Dunia pendidikan Amerika Serikat (AS) sedang disorot media karena kasus dugaan kecurangan proses penerimaan (admission) calon mahasiswa. Kecurangan ini diungkapkan penegak hukum AS yang melakukan penyelidikan panjang.
ADVERTISEMENT
Diberitakan The New York Times, Jumat (3/5) kasus ini melibatkan seorang konglomerat China yang bernama Zhao Tao. Zhao merupakan seorang pengusaha farmasi asal Negeri Tirai Bambu yang memiliki harta kekayaan USD 1,8 miliar atau setara Rp 25,56 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.200).
Zhao menggunakan jasa konsultan dan broker ternama, William Singer, untuk memperlancar proses penerimaan sang putri sebagai mahasiswi baru di Universitas Stanford, AS. Pertemuan antara Zhao dan Singer difasilitasi oleh perusahaan jasa keuangan AS, Morgan Stanley.
Seorang pria bersepeda melewati peta Universitas Stanford. Foto: Getty Images
Zhao rela mengeluarkan uang USD 6,5 juta atau setara Rp 92,3 miliar agar sang putri yang bernama Yusi “Molly” Zhao memperoleh letter of acceptance (LoA). Menurut New York Times, Singer membantu mempermulus proses seleksi masuk di Stanford dengan menyediakan informasi palsu penerimaan anggota ekstrakulikuler berlayar dan berjanji mendonasikan USD 500.000 ke tim berlayar bila putri Zhao diterima di Stanford.
ADVERTISEMENT
Masuk sebagai anggota tim ekstrakulikuler menjadi salah satu poin lebih, selain syarat akademik agar bisa diterima di kampus ternama di AS itu.
Diberitakan South China Morning Post (SCMP), pelatih layar mengakui bersalah karena bekerja sama dengan Singer untuk membantu siswa agar diterima di klub itu.
"Ketua pelatih tim berlayar mengaku bersalah telah menerima pendanaan program klub berlayar sebagai imbalan untuk memberikan rekomendasi siswa yang bisa diterima di Stanford," kata Juru Bicara Stanford, Ernest Miranda.
Stanford Graduate School of Business. Foto: wikimedia
Pada 12 Maret 2019, Jaksa di Distrik Massachusetts, Andrew Lelling, menyebut para orang tua membayar jasa ke Singer antara USD 15.000 hingga USD 6,5 juta agar anaknya bisa diterima di perguruan ternama di AS.
Kasus ini merupakan puncak gunung es. New York Times menilai masih banyak orang seperti Singer yang mengambil untung dari tingginya permintaan orang tajir asal China agar putra-putrinya bisa masuk ke universitas-universitas ternama di AS.
ADVERTISEMENT
Menurut data, sepertiga pelajar asing di AS berasal dari China. Pada tahun 2017, sebanyak 363.000 mahasiswa asal China terdaftar di universitas Paman Sam.
"Banyak orang tua di China menggunakan jasa konsultan atau broker, dengan biaya dari belasan ribu hingga ratusan ribu dolar, bahkan lebih," tulis New York Times.
Atas skandal yang ramai diberitakan di AS, keluarga Zhao melalui pengacaranya angkat suara. Mereka mengklaim sebagai korban dari jasa yang ditawarkan Singer. Keluarga Zhao, menurut sang pengacara, mempercayai uang USD 6,5 juta sebagai donasi legal kepada universitas.
"Bantuan ini bukan hanya baik untuk sekolah dan para pelajar, tapi merupakan bentuk kepedulian dan dukungan dari seorang orang tua," tulis keterangan pengacara keluarga Zhao.
ADVERTISEMENT