Untitled Image

Inovasi SIG di Sektor Lingkungan untuk Kehidupan Berkelanjutan di Pabrik Tuban

17 Desember 2021 12:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dalam setiap kegiatan operasional pertambangan, kaidah Good Mining Practice penting untuk dilakukan. Tak hanya menerapkan teknik pertambangan yang baik dan sesuai aturan, Good Mining Practice juga mendorong perusahaan untuk menerapkan teknologi yang berlandaskan pada efektifitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan galian, serta memelihara fungsi lingkungan di lahan pascatambang.
Ya, restorasi dan reklamasi menjadi dua aktivitas yang sebaiknya tidak terpisahkan dalam aktivitas pertambangan. Dengan memulihkan kondisi lahan tambang sekaligus meningkatkan fungsi dan nilainya secara ekonomis maupun ekologis, restorasi dan reklamasi dapat mendukung kegiatan pertambangan yang berkelanjutan.
Seorang petani membawa pisang hasil panen dari lahan pascatambang Tuban yang kini jadi kebun pisang. Foto: dok. SIG
Sehingga, perusahaan tidak sebatas mengeruk sumber daya alam yang tersedia dan mengabaikan masyarakat sekitar tambang, tapi juga memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak yang terjadi setelah kegiatan pertambangan.
Salah satu perusahaan yang terus berkomitmen untuk mendukung kegiatan pertambangan yang berkelanjutan itu adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). Melalui berbagai perubahan dan inovasi, SIG memegang teguh tanggung jawab secara sosial dan lingkungan, terutama di daerah sekitar lahan tambang.
Dalam setiap aktivitas dan operasionalnya, SIG mengedepankan sustainability, empowerment, dan digitalization. Mulai dari penggunaan energi ramah lingkungan hingga one-stop-solution platform, perjalanan transformasi SIG telah menghasilkan berbagai inovasi.
Tak hanya itu, SIG juga berupaya menjaga kelestarian lingkungan dengan mereklamasi lahan pascatambang. Di lahan batu kapur pabrik Tuban, misalnya.
Dengan lahan bekas batu kapur seluas 177,40 Ha, SIG telah melakukan penanaman dan perawatan berbagai jenis pohon, seperti jati, johar, mahoni, sengon, flamboyan, trembesi, dan kesambi. Hingga saat ini, jumlah pohon yang ditanam mencapai 419.091 batang.
Pemanfaatan kawasan lahan pascatambang tanah liat menjadi perkebunan anggur di Pabrik Tuban. Foto: dok. SIG
Aktivitas penanaman itu tidak ditinggalkan begitu saja. SIG pun melakukan perawatan rutin untuk mengembalikan fungsi lahan sebagai hutan. Keanekaraman flora yang tumbuh di lahan pascatambang itu bahkan menjadi habitat bagi beberapa fauna asli Indonesia.

Lahan pascatambang itu kini jadi kebun buah-buahan

Sementara itu, di area green belt Pabrik Tuban, SIG telah melakukan budidaya tanaman buah. Mulai dari pisang cavendish, anggur, lengkeng, hingga jeruk. Dengan kondisi tanah yang subur, buah-buahan itu tumbuh lebat dan bernilai jual.
Sejak 2019, telah ada 3 ribu pohon pisang cavendish yang ditanam oleh 16 petani binaan SIG di area green belt. Melalui pengelolaan tanaman yang baik, hingga saat ini para petani green belt telah menghasilkan sebanyak 5.100 tandan pisang atau sebesar 6,6 ton dengan nilai mencapai Rp 265 juta.
Bergeser sedikit ke area lahan pascatambang yang lain, SIG telah menanam tanaman anggur sebanyak 250 pohon, kelengkeng 150 pohon, dan jeruk 150 pohon dengan melibatkan 50 petani green belt. Dibarengi dengan pemanfaatan teknologi inovatif, pengembangan tanaman berkelanjutan di kawasan lahan pascatambang SIG dapat tumbuh menjadi komoditas buah-buahan terbaik asal Tuban.
Salah satu petani green belt binaan SIG, Kawan, mengaku senang bisa belajar menanam anggur, lengkeng, dan jeruk. Apalagi didampingi langsung tim dari Balitjestro yang datang ke Tuban tiap satu atau dua bulan sekali untuk mengawasi proses penanaman.
Pemanfaatan kawasan lahan pascatambang tanah liat menjadi perkebunan jeruk. Foto: dok. SIG
"Perawatan tanaman buah ini memang agak rumit, tapi karena didampingi, ya lama-lama bisa juga. Kami diajari mulai cara menanam, pemupukan, pendangiran, sampai panen nanti," kata Kawan.
SIG juga melakukan pendampingan melalui berbagai pelatihan, pembinaan kelembagaan, dan asistensi pertanaman bagi petani green belt. Sehingga, para petani dapat memiliki kompetensi petani modern yang berdaya saing tinggi.
Komitmen SIG dalam mengembalikan fungsi lahan bekas tambang tidak berhenti sampai di situ. SIG juga memanfaatkan lahan pascatambang tanah liat menjadi embung penampung air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk media budidaya ikan dan pengairan lahan pertanian. Dengan begitu, masyarakat dapat bercocok tanam dan mendapatkan penghasilan meski musim kemarau datang.
Pemanfaatan laham pascatambang tanah liat menjadi embung keramba ikan oleh warga. Foto: dok. SIG

Sejahterakan petani

Dalam pengelolaannya menjadi hijau dan subur, SIG melibatkan masyarakat di sekitar tambang untuk ikut terjun langsung. Mulai dari pembibitan, penyemaian, penanaman, hingga pemeliharaan lahan. SIG bahkan menyiapkan berbagai alat pertanian yang bisa digunakan para petani dalam pengelolaan lahan pascatambang. Dengan keterlibatan ini, masyarakat bisa mendapatkan manfaat secara optimal dan berkelanjutan.
SIG menyadari, salah satu hambatan para petani Indonesia adalah terbatasnya lahan garapan yang dimiliki. Alih-alih mengambil manfaat dari lahan sendiri, para petani kerap membayar sewa kepada pemilik lahan saat musim panen.
Bila memiliki lahan sendiri pun, luasnya hanya sedikit. Lahan yang sempit untuk membudidayakan tanaman juga membuat pengusahaan lahan cenderung intensif dan kurang memelihara sumber daya alam di sekitarnya. Kondisi tersebut pada akhirnya mengakibatkan kesuburan tanah menjadi menurun, erosi pada lahan semakin meningkat, serta penyediaan air akan berkurang.
Pemanfaatan lahan pascatambang SIG menjadi kebun anggur. Foto: dok. SIG
Karena itulah, SIG menyediakan lahan gratis dengan luas mencapai belasan hektar untuk ditanami berbagai komoditas buah-buahan. Bila musim panen tiba, semua hasil pertanian dapat dimiliki oleh para petani.
Agar rantai distribusi hasil panen tidak terlalu panjang dan merugikan petani, SIG membantu proses distribusi dan penjualan melalui Koperasi Petani Green Belt dengan harga yang kompetitif. Dengan begitu, para petani dapat merasakan hasil panen secara maksimal.
Pada akhirnya, SIG akan terus melanjutkan komitmen untuk menghadirkan solusi keberlanjutan di setiap aktivitas dan operasionalnya. Lebih dari sekadar misi, prinsip keberlanjutan ini diharapkan dapat memicu inspirasi komunitas dan masyarakat umum untuk terus beradaptasi dan berinovasi lewat aksi nyata.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SIG
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten