Integrasi Angkutan Jabodetabek, Mayoritas Warga Ingin Tarif di Bawah Rp 10 Ribu

28 Juli 2021 15:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang membawa sepeda non-lipat di Stasiun MRT Bunderan HI, Jakarta, Minggu (28/3/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang membawa sepeda non-lipat di Stasiun MRT Bunderan HI, Jakarta, Minggu (28/3/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pengintegrasian angkutan umum di Jabodetabek terus digodok. Bukan hanya integrasi fisik, tapi juga integrasi secara pembayaran dan tarif dari moda transportasi.
ADVERTISEMENT
Pengintegrasian tarif ini bakal mencakup moda Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL.
Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) bersama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan PT JakLingko melakukan survei terkait pengintegrasian tarif. Hasilnya, dari 1.523 responden yang merupakan pengguna transportasi umum di kawasan Jabodetabek setuju dengan integrasi tarif.
Ketua DTKJ Harris Muhammadun mengatakan, dari hasil survei tersebut, kebanyakan warga mengusulkan agar integrasi tarif di bawah Rp 10.000.
"Rencananya akan menggabungkan tarif berbagai moda sehingga pembayaran hanya perlu dilakukan satu kali. Akhir dari survei ternyata masyarakat kita sudah ingin sama dengan masyarakat kota dunia lainnya yaitu 96,1 persen responden setuju," ujar Haris dalam FGD Virtual, Rabu (28/7).
"Harapan dari masyarakat selain sebagian besar ingin integrasi tarif, ada kuesioner tarif maksimal tarif, yaitu kurang dari Rp 10.000 (54,8 persen). Kemudian 30,7 persen ingin Rp 10.000-15.000," kata dia.
Sejumlah calon penumpang KRL mengantre di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (26/7/2021). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
Integrasi tarif ini nanti bukan hanya angkutan kota Jakarta, tapi juga meliputi KRL. Plt Dirut PT KCI, Roppiq Lutzfi Azhar menyebut, saat ini sistem pengintegrasian tarif KCI bersama moda perkotaan Jakarta tengah digodok di PT JakLingko.
ADVERTISEMENT
"Integrasi ticketing sedang kita bangun di bawah koordinasi Jaklingko dalam sistem pentarifan, tapi untuk sementara ini kita sudah bangun koordinasi dengan LRT Jakpro di mana kartu KMT bisa kita gunakan di KRT," tuturnya.
Sementara itu Sekretaris Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Masdes Arouffy mengatakan, integrasi tarif juga akan diwujudkan dengan pengintegrasian pembayaran secara non-tunai. Harapannya, pengguna akan meningkat karena tarif transportasi publik lebih murah.
"Setelah tarif diintegrasikan yang jadi harapan poin satu terwujud akan meningkatkan minat masyarakat untuk naik angkutan umum. Kami berharap subsidi pemda lewat APBD bisa ada efisiensi," tutupnya.