news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Internet Lemot Dinilai Jadi Penghambat Investor Masuk ke Indonesia

15 Oktober 2019 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sinyal internet Wi-Fi. Foto: rawpixel via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sinyal internet Wi-Fi. Foto: rawpixel via Pixabay
ADVERTISEMENT
Jaringan internet di dalam negeri yang dinilai masih ‘lemot’ menjadi salah satu penghambat investasi. Para investor menilai jaringan internet salah satu tolok ukur keterbukaan ekonomi sebuah negara.
ADVERTISEMENT
Director of Policy Legatum Institute, sebuah lembaga riset global, Stephen Brien, menyebut teknologi komunikasi bisa menciptakan peluang ekonomi bagi sebuah perusahaan, bahkan negara. Hal ini dibuktikan dalam kajian keterbukaan ekonomi Indonesia.
"Dalam riset yang kami lalukan, sejumlah faktor yang bisa meningkatkan keterbukaan ekonomi salah satunya adalah infrastruktur komunikasi," kata Stephen saat ditemui di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (15/10).
Indonesia saat ini disebut masih menempati urutan ke-114 di dunia untuk komunikasi. Meski naik 6 peringkat dalam 10 tahun terakhir, kecepatan jaringannya dinilai masih lambat dan bandwidth jaringan seluler yang juga masih rendah.
"Bisnis terkendala oleh kecepatan lambat dan bandwidth jaringan seluler yang rendah," katanya.
Bahkan, dalam sebuah speedtest, jaringan internet dan kecepatan mengunduh Indonesia masih kalah dibanding negara lain. Hal ini berlaku baik untuk mobile broadband dan fixed broadband. Indonesia disebut kalah dengan sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Padahal, cakupan seluler di Indonesia relatif baik. Pengguna telepon seluler juga meningkat secara drastis. Selain itu, Indonesia juga memiliki beberapa data broadband paling terjangkau di dunia.
Director of Policy Legatum Institute, Stephen Brien, saat memaparkan indeks keterbukaan ekonomi Indonesia di Kantor Pusat BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Elsa Toruan/kumparan
"Indonesia menempati peringkat ke-17 secara global, indeks broadband paling terjangkau. Biaya broadband seluler juga lebih murah sebagai persentase GNI dibanding Malaysia, Thailand, India, dan Filipina," ujarnya.
Terlepas dari itu, Indonesia masih memiliki peluang dalam mendukung ekonomi digital. Hal itu seiring rampungnya proyek Palapa Ring untuk memperluas broadband 4G/5G ke daerah-daerah terpencil serta meningkatkan bandwidth secara keseluruhan.
Peningkatan infrastruktur telekomunikasi tersebut, diperkirakan bisa meningkatkan pertumbuhan industri perdagangan online delapan kali lipat dari 2017 ke 2022 dan mendukung 26 juta pekerjaan.
"Pertukaran informasi yang bebas, didukung oleh infrastruktur komunikasi yang baik, merupakan komponen vital dari Keterbukaan Ekonomi. Terlebih lagi, kemajuan teknologi komunikasi sebagai produk akhir telah menciptakan peluang ekonomi bagi perusahaan dan negara yang inovatif," tambahnya.
ADVERTISEMENT