Intervensi BI Berhasil Selamatkan Rupiah dari Ancaman Global

8 Desember 2018 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya berhasil menguat pada penutupan Jumat (7/12), setelah tiga hari berturut-turut sebelumnya melemah. Penguatan ini terjadi seiring intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
ADVERTISEMENT
DNDF adalah transaksi forward yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara nett dalam mata uang rupiah di pasar valuta asing domestik.
Berdasarkan data Reuters, Jumat (7/12), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 14.455 per dolar AS, menguat dibandingkan pembukaan di level Rp 14.590 per dolar AS.
“Dengan aktifnya BI intervensi dalam bentuk transaksi DNDF sepanjang sesi perdagangan, rupiah berhasil ditutup menguat,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah kepada kumparan, Sabtu (8/12).
Nanang menjelaskan, nilai tukar rupiah sebelumnya melemah seiring dengan terjadinya risk off dan flight to quality di pasar keuangan global. Risk off adalah kecenderungan pelaku pasar untuk hati-hati dalam berinvestasi. Sedangkan flight to quality dalam konteks ini dapat diartikan sebagai perpindahan investasi ke aset yang lebih menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Pemicu utamanya yaitu kekhawatiran pasar terhadap kembali meningkatnya tensi perang dagang AS-China, menyusul ditangkapnya Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou.
Meng ditangkap petugas kepolisian saat transit di bandara Vancouver, Kanada, pada 1 Desember lalu. Dia ditangkap dengan tuduhan melanggar penerapan sanksi ekonomi AS terhadap Iran.
Kekhawatian pasar tersebut telah mendorong pelemahan indeks saham global, sementara imbal hasil atau yield US Treasury berlanjut turun hingga ke 2,83 persen, level terendah sejak September 2018.
“Kurva imbal hasil (yield curve) di pasar obligasi AS cenderung inverted (berbalik menurun), bahkan spread yield obligasi dua dan lima tahun sudah negatif,” katanya.
Logo Huawei  (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Huawei (Foto: Getty Images)
Turunnya yield US Treasury tersebut karena meningkatnya ekspektasi pasar terhadap perlambatan ekonomi AS.
ADVERTISEMENT
Data terkini mengindikasikan ekonomi AS tidak sesolid tiga bulan sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di Negeri Paman Sam juga di bawah ekspektasi, defisit perdagangan melebar hingga menjadi yang terbesar dalam sepuluh tahun terakhir, pesanan pabrikan melambat. Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Fund Rate, di Desember 2018 pun menurun dari 80 persen menjadi 69 persen.
Risk off di pasar keuangan global tersebut (fear of recession) memicu melonjaknya kurs NDF-IDR di pasar New York hingga Rp 14.680. Sejak pembukaan pasar hingga penutupan, BI melakukan intervensi transaksi DNDF dan berhasil menurunkan kurs DNDF yang kemudian diikuti oleh menurunnya kurs NDF di pasar luar negeri dan kurs spot di dalam negeri.
"BI melakukan intervensi transaksi DNDF dan berhasil menurunkan kurs DNDF yang kemudian diikuti oleh menurunnya kurs NDF di pasar luar negeri dan kurs spot di dalam negeri," tambahnya.
ADVERTISEMENT